Page 328 - S Pelabuhan 15.indd
P. 328

lereng Gunung Gamalama sebelah barat desa Marikurubu dan Moya terdapat pohon
                                     cengkeh afo yang usianya telah mencapai lebih dari 400 tahun. Sebagai salah satu

                                     daerah utama penghasil cengkeh sepanjang abad ke-16 hingga ke-18 Ternate menjadi
                                     ajang pertarungan kepentingan ekonomi yang sering berujung pada pertarungan
                                     politik dan militer.


                                     Pada abad ke-15 ada empat pusat perdagangan cengkeh di Maluku Utara yaitu Ternate,
                                     Tidore, Bacan dan Jailolo (Halmahera). Pulau-pulau lainnya yang menghasilkan
                                     cengkeh lambat atau terkait dalam jaringan perdagangan melalui salah satu diantara
                                     keempat pusat perdagangan tersebut.


                                     Munculnya empat buah pusat perdagangan berkait erat dengan struktur tradisional
                                     masyarakat Maluku Utara. Sistem empat penguasa di Maluku Utara dilembagakan ke

                                     dalam suatu konsep tradisional yang disebut ‘Maluku Kie Raha’ atau Maluku empat
                                     Gunung. Konsep ini mengacu pada adanya hubungan federatif yang damai di antara
                                     empat kekuatan politik utama di Maluku Utara demi kepentingan perdagangan

                                     cengkeh.

                                     Menurut sumber portuguis yang ditulis oleh  Tome Pires yang berkunjung ke
                                     kepulauan Maluku Utara tahun 1512-1515, Islam telah masuk ke Maluku sekitar 50

                                     tahun sebelum kedatangannya. Menurut perkiraan Tome Pires pada saat lawatannya
                                     tersebut, diantara 2000 orang penduduk Ternate baru 200 orang yang memeluk
                                     agama Islam. Jika kita mempercayai sumber ini, maka dapat dikatakan bahwa pada
                                     awal abad ke-16 hanya sebagian kecil saja (10 %) dari penduduk Ternate yang telah

                                     memeluk agama Islam. Para pemimpin tradisional di Maluku Utara biasa disebut
                                     dengan  kolano, namun di Ternate disebut dengan  sultan. Kenyataan bahwa para
                                     kolano di Maluku Utara maupun sultan Ternate menganut agama Islam menunjukan
                                     bahwa mereka merupakan bagian dri jaringan perdagangan Islam yang semakin

                                     semarak di kota-kota pelabuhan di Nusantara pada saat itu.

                                     Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16,  Ternate melakukan

                                     perdagangan cengkeh dengan para pedagang yang datang dari Jawa, Melayu, Makasar,
                                     Bugis, dan Banten. Bangsa Eropa yang pertama kali tiba di Ternate ialah orang-orang
                                     Portugis. Mereka tiba pertama kali pada tahun 1512 di bawah pimpinan Fransisko
                                     Serrao. Pada tahun 1570 pecah pertempuran antara Ternate dengan Portugis yang

      316                            menyebabkan sultan Ternate Khairun terbunuh. Pengganti sultan Khairun, sultan
                                     Baabullah berhasil mengusir portugis  dari Maluku pada tahun 1577.
   323   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333