Page 333 - S Pelabuhan 15.indd
P. 333

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            Kebijakan Belanda yang hanya membuka Batavia untuk kapal-kapal asing membuat

            Raffl  es mencari cara untuk mengkonter kebijakan tersebut. Rafl es berpikir bahwa
            membangun bandar di sekitar Malaka sebagai saingan Batavia adalah salah satu cara
            melawan kebijakan Belanda untuk menghentikan monopolinya. Setelah beberapa
            intrik diplomasi politik, Raffl  es berhasil mendirikan pelabuhan Singapura pada 1819.

            Keinginan utama Raffl  es adalah menjalin hubungan antara  perdagangan Inggris di
            Semenanjung Tanah Melayu dengan Nusantara (Sulistiyono 2003, 78).


            Singapura adalah senjata utama untuk menggagalkan monopoli di Nusantara.
            Singapura digunakan sebagai tandingan Batavia dan juga untuk melindungi
            perdagangan Inggris di perairan timur dengan cara; menjamin biaya bebas masuk ke
            Selat Malaka dan membangun pos/pangkalan melalui Malaka sebagai pintu masuk

            selatan selat itu.

            Pertumbuhan Singapura membuat pemerintah kolonial mulai memperhatikan jung-
            jung Cina. Banyak dari mereka yang beralih dari pelabuhan-pelabuhan di Nusantara

            ke Singapura. Dampaknya adalah aset perdagangan Hindia Belanda sebagian tertarik/
            beralih ke Singapura.


            Baru di tahun 1925, pemerintah kolonial mengizinkan jung-jung Cina untuk singgah
            tidak hanya di Batavia tapi juga di Semarang dan Surabaya tanpa izin khusus dari
            Gubernur Jendral.





            19.2.  Liberalisasi Setengah Hati Belanda


            Sekembalinya Belanda ke Nusantara pada 1816, pemerintah kolonial meletakkan
            fondasi untuk regulasi yang lebih detail tentang pelayaran dan perdagangan asing di

            Hindia Belanda. Sekalipun pemerintah kolonial telah membuka seluruh pelabuhan,
            kecuali Maluku, tapi kenyataannya pemerintah kolonial masih protektif. Pemerintah
            kolonial tidak memiliki aturan yang sama mengenai bea cukai di setiap daerah. Pada
            Januari 1818, pemerintah kolonial mulai memfokuskan pada bea impor. Barang-

            barang yang masuk dari Belanda dengan diangkut kapal Belanda akan dikenai pajak
            6%, tapi jika barang-barang impor yang masuk dengan kapal asing dikenai pajak
            9%. Jika barang impor tidak dari Belanda dan diangkut dengan kapal asing, dikenai
            pajak 12%. Pemerintah juga memberlakukan bea pelabuhan. Kapal asing dikenai
                                                                                                               321
            30% lebih tinggi daripada kapal Belanda.
   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338