Page 340 - S Pelabuhan 15.indd
P. 340

tanah jajahan yang menghubungkan Cina dengan Inggris. Pembangunan pelabuhan
                                     inilah yang dipandang sebagai “Kuda Troya” bagi Nusantara. Pemerintah kolonial

                                     kemudian mengkhawatirkan kepulauan Indonesia akan menjadi bagian dari jaringan
                                     Inggris yang berpusat di Singapura. Beberapa daerah luar Jawa sudah tergabung
                                     karena pemerintah kolonial terlalu fokus ke Jawa.


                                     Pada mulanya, pemerintah kolonial menghadapi tantangan Singapura dengan
                                     membuka beberapa pelabuhan bebas dan pelabuhan untuk pelayaran internasional.
                                     Pemerintah kolonial akan membayangkan bahwa nantinya akan terjadi perang

                                     pelabuhan bebas antara Singapura dengan pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Strategi
                                     ini ternyata mengalami kegagalan. Bahkan, justru malah memberi kesempatan bagi
                                     pelayaran Inggris untuk semakin menerobos perairan Nusantara.


                                     Pada tahun 1840-an, pemerintah kolonial merubah strateginya untuk menghadapi
                                     dominasi Inggris. Singapura tidak dihadapkan pada perang pelabuhan bebas, tapi
                                     jaringan pelayaran Belanda di Nusantara melawan jaringan pelayaran Inggris.

                                     Pertengahan abad ke-19, juga diisi dengan fase baru persaingan antara jaringan
                                     pelayaran Belanda dan Inggris yang tidak hanya di perairan Nusantara tapi juga di
                                     Asia Tenggara. Pemerintah kolonial mensponsori operasional pelayaran regular di
                                     perairan Indonesia. Strategi ini lebih sukses ketika izin pelayaran di Nusantara jatuh

                                     ke tangan KPM. Strategi KPM adalah mengkombinasikan armada yang kuat, rute
                                     reguler, jadwal pelayaran dan pembukaan pelabuhan-pelabuhan perintis.


                                     Sejak tahun 1870-an, implementasi liberalisasi pelayaran di Hindia Belanda tidak
                                     hanya karena permintaan  Inggris, namun lebih kepada kepentingan bisnis dan politik
                                     Belanda. Pemerintah kolonial menyadari bahwa liberalisasi pelayaran dan perdagangan
                                     membutuhkan ketersediaan infrastruktur dan non-infrastruktur. Liberalisasi di
                                     Hindia Belanda dapat dilihat dari pembukaan beberapa pelabuhan bebas dan sejumlah

                                     besar pelabuhan kecil untuk pelayaran dan perdagangan internasional, penghapusan
                                     pungutan wajib yang berbeda-beda dan kemudian disamakan di beberapa wilayah di
                                     Nusantara. Meskipun demikian, pemerintah kolonial tetap memberlakukan proteksi

                                     di beberapa tempat. Hal ini menjelaskan kenapa Belanda tidak menjadi korban dari
                                     ekspansi pelayaran negara maritim besar seperti Inggris, Amerika Serikat, Jerman,
                                     dsb.



      328
   335   336   337   338   339   340   341   342   343   344   345