Page 47 - S Pelabuhan 15.indd
P. 47
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
Untuk menyelamatkannya, temuan tersebut dibawa ke Museum Nasional di Manila.
Lokasi kedua temuan berada di sekitar muara Sungai Butuan - yang melihat pada
kondisi tanahnya merupakan bekas garis pantai masa lalu - di wilayah administrasi
Ambangan, Libertad, Butuan City.
Temuan pertama yang belakangan disebut Balanghai I merupakan bagian dari
sebuah perahu yang papan pembentuknya dikerjakan dengan cara dipahat. Untuk
menyatukan papan-papan tersebut, digunakan pasak kayu yang ditanam pada bagian
tepi. Selain itu digunakan pula teknik ikat yang tampak dari adanya tambuko. Pada
sebuah papan yang panjangnya 9,9 meter, terdapat 9 buah tambuko. Adapun pada
lunas perahu tersebut, yang masih tersisa sepanjang 10,6 meter, terdapat 19 buah
tambuko yang masing-masing berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan
tambuko pada papan lain. Diperkirakan bahwa perahu itu memiliki ukuran panjang
11,6 meter.
Penentuan pertanggalan dengan metode Karbon C-14 terhadap sampel dari bagian
perahu menunjukkan hasil yang berbeda. Pertama menunjukkan bahwa papan
perahu berasal dari abad ke-3-5 Masehi, sedangkan analisis berikutnya menyatakan
bahwa papan tersebut berasal dari abad ke-13-14. Berbeda dengan Scott yakin bahwa
perahu berasal dari antara abad ke 13--14, Manguin justru berpendapat berasal dari
abad ke-3-5.
Balanghai II yang memiliki ukuran lebih besar juga menggunakan teknik
pembangunan yang sama dengan Balanghai I. Papan-papannya berukuran sekitar 15
meter dengan lebar sekitar 20 cm dan tebal 3 cm. Papan disatukan dengan pasak
kayu yang panjangnya 19 cm. Untuk menyambung lunas dan papan, pasak ditanam
di bagian tepi papan dan lunas pada setiap jarak 12 cm. Sebagaimana halnya dengan
Balanghai I, pada Balanghai II juga ditemui tambuko yang dipahatkan di bagian
dalam badan perahu. Tali ijuk yang digunakan untuk menyambung papan-papan
perahu ditemukan pula sisanya di Balanghai II.
Di Indonesia, pada situs-situs Kolam Pinisi, Sambirejo dan Paya Pasir, terlihat pula
gambaran tentang teknik penyatuan yang menggunakan tali. Sebuah karakteristik
yang menarik pada situs-situs runtuhan perahu Indo nesia ini adalah kehadiran secara
simultan antara pasak dan tali untuk me nyatukan papan-papan badan perahu. Data
yang ada menunjukkan bahwa pada tahap pertama -seperti terlihat di Kuala Pontian-
35