Page 81 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 81

kedua kepentingan atas pemaknaan/persepsi yang berbeda dan
            mampu menghasilkan sintesis yang mampu menangkap/menfasilitasi
            atau menjembatani dua kepentingan antara masyarakat asli/pribumi-
            pendatang, sistem hukum negara-hukum adat.
                Kelima,  dalam setiap kegiatan yang terkait dengan proses
            penguasaan/pemilikan, penggunaan serta pemanfaatan (sertipikasi)
            termasuk perbuatan hukum  peralihan tanah hak  adat/ulayat, serta
            pembebanan hak tanggungan yang objeknya tanah adat/ulayat,
            hendaknya petugas atau aparat pemerintah atau siapapun agar
            memperhatikan  azas pemisahan horizontal,  yang merupakan azas di
            mana bahwa pemilik tanah tidak sekaligus (otomatis) sebagai penguasa/
            pemilik bangunan, tanaman dan benda-benda yang ada di atas tanah,
            serta azas-azas hokum lain yang masih berlaku dan digali dari hukum
            adat (azas rechtverwerking, azas verjahring/kadaluwarsa, dll.). Kecuali
            memang telah diperjanjikan secara tegas di dalam suatu klausul
            yang telah disepakati kedua belah pihak. Hal ini untuk menghindari
            terjadinya sengketa/konflik di kemudian hari, sebagai akibat ketidak-
            tahuan aparat/petugas pertanahan yang tidak dibekali pengetahuan
            yang cukup dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan tanah adat/
            ulayat. Sebagai contoh, sengketa/perkara terkait pembatalan sertipikat
            Hak Pakai Atas Nama Pemerintah Kota Surabaya (Gelora Bung Karno
            Surabaya), Sengketa/Perkara Pembatalan Hak Pakai Atas Nama Pemkot
            Kota Yogyakarta dalam Kasus Taman Pintar, dll.

                Keenam,  mencegah terjadinya konflik dikemudian hari.
            Diupayakan terhadap hakim Pengadilan Negara (PN dan PTUN)
            yang memeriksa dan  mengadili  serta  memeriksa  sengketa/perkara
            yang substansinya tanah adat/hak ulayat, diwajibkan mempunyai
            pemahaman  yang utuh, sehingga putusan  yang dihasilkan tidak
            hanya berhenti pada keadilan prosedural,  dimana bentuk keadilan
                                                  38
            prosedural yang sejatinya telah melahirkan gap atas makna keadilan yang

            38   Yusriyadi,  Paradigma Sosiologis Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
                Ilmu Hukum Dan Penegakan Hukum Di Indonesia (Pidato Pengukuhan Guru
                Besar Dalam Bidang Sosiologi Hukum pada Fakultas Hukum UNDIP (Semarang,
                18 Pebruari 2006).: 29.


                                          66
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86