Page 150 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 150
sebagai jalan mereka untuk memperlihatkan pada warganya
bahwa mereka turut berjuang. Padahal yang sesungguhnya
terjadi, justru kepala desalah yang membuat situasi dan harapan
petani untuk mendapatkan hak atas tanah sesuai yang diharapkan
menjadi tidak terwujud.
Hal di atas adalah gambaran tentang situasi yang dihadapi
masyarakat, beberapa hari setelah diterimanya sertifikat hak
atas tanah tersebut. Satu situasi yang di mana reforma agraria
yang diharapkan menjadi jalan perbaikan kehidupan justru
berimplikasi buruk bagi masyarakat. Oleh karena itu, dalam
bab ini akan ditemukan jawaban atas pertanyaan: Bagaimana
implikasi dari perumusan kebijakan dan implementasi reforma
agraria yang dirasakan oleh petani?
Dirumuskan Petani Diambil Alih oleh Pemerintah
Upaya petani untuk terlibat dalam perumusan kebijakan dan
implementasi reforma agraria yang dilakukan selama bertahun-
tahun dan kemudian menemukan momentumnya pada reformasi,
diambil alih di tengah jalan. Pada level bawah, pengambilalihan
dilakukan oleh elite pemerintahan desa. Hal ini sepertinya yang
dinyatakan oleh TRM (petani penggarap) sebagaimana berikut.
“Tanah yang keluar jelas cuma jadi rebutan orang-orang desa karena
distribusi itu memang kesemuanya lewat desa, bukan apa-apa karena
yang menentukan ya kepala desa. Akhirnya kurang sesuai sama kita
perkumpulan kelompok tani.” (Wawancara, 21/11/2018).
ED, salah seorang petani yang dari awal memperjuangkan
tanah, menuturkan bahwa pemerintah desa sebetulnya
tidak mengetahui problem petani. Mereka hanya mengambil
kesempatan saja. Berikut ini pernyataannya:
Implementasi Reforma Agraria 133