Page 57 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 57
Selanjutnya pada 1997–1998, di Indonesia terjadi krisis
ekonomi. Hal ini juga terjadi di Cipari. Masyarakat mulai
menggarap lahan tidur. Dari sinilah, cikal bakal mulai tumbuhnya
kembali perjuangan petani. Diawali dengan terbentuknya
Ketanbanci (Kelompok Petani Korban Perkebunan Cisuru) yang
kemudian diikuti oleh pembentukan beberapa organisasi tani
lokal (OTL) lain, di antaranya OTL Tapungan Bangkit (Caruy), OTL
Mangkubumi (Karangreja), OTL Margorukun (Sidasari), dan OTL
Tri Manunggal Sari (Kutasari).
Berbagai macam OTL tersebut ditambah dengan OTL lain di
Cilacap inilah kemudian menjadi inisiator lahirnya Serikat Tani
Merdeka (SeTAM). SeTAM dideklarasikan pada 1999. Masa-masa
berikutnya, SeTAM menjadi organisasi induk bagi perjuangan
petani di Cilacap, termasuk didalamnya petani yang berkonflik
dengan PT RSA.
Ikhtisar
Lima desa yang berada di wilayah penelitian ini mempunyai
potensi ketimpangan agraria yang cukup mencolok. Pada sisi lain,
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang
pertanian. Namun demikian, kepemilikan lahan mereka sangatlah
kecil, yakni hanya 0,13 ha. Ini menandakan mereka masuk
dalam petani gurem. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
kepenguasaan lahan oleh perusahaan swasta dan pemerintah,
yang kemudian menimbulkan ketidakadilan agraria.
Dalam konteks kesejarahan, terdapat perbedaan klaim
atas tanah perkebunan yang kemudian menjadi konflik agraria.
Masyarakat beranggapan bahwa tanah tersebut merupakan
tanah yang dibuka oleh mereka dan kemudian dianggap sebagai
40 Kebijakan Reforma Agraria di Era Susilo Bambang Yudhoyono