Page 91 - SKI kls 8
P. 91
1) Agrad al-Kitab ma Ba’da Tabi’ah (Intisari Buku Metafisika)
2) Al–Jam’u bain Ra’yain al–ḥakimain (Mempertemukan dua pendapat Filusuf :
Plato dan Aristoteles).
3) ‘Uyūn al Masā’il (Pokok–pokok persoalan)
4) Ara’u Ahl al–Madīnah (Pikiran–pikiran Penduduk Kota)
5) Iḥsā’ al–‘Ulūm (Statistik Ilmu)
Al-Farabi terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik kenegaraannya. Dalam
hal filsafat kenabian, beliau disebut sebagai filosof pertama yang membahas soal
kenabian. Ia berkesimpulan bahwa para nabi/rasul maupun para filosof sama–sama
dapat berkomunikasi dengan ‘aqal fa’al, yakni akal kesepuluh (malaikat). Perbedaannya,
komunikasi nabi/rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan khayalan/
angan (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filosof berkomunikasi
dengan akal kesepuluh melalui akal mustafad, yaitu akal yang sanggup menangkap ide
dari akal kesepuluh, yang ada di luar diri manusia.
Filsafat politiknya yang terkenal tentang kenegaraan dibedakan menjadi lima macam:
1) Negara utama (al-madinah al-faḍilah), yaitu negara yang penduduknya berada
dalam kebahagiaan. Menurutnya, negara terbaik adalah yang dipimpin oleh rasul
dan kemudian oleh para filosof;
2) Negara orang–orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya
tidak mengenal kebahagiaan;
3) Negara orang–orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya
mengenal kebahagiaan, Tuhan, dan akal (fa’al al-madīnah al-faḍīlah), tetapi tingkah
laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh.
4) Negara yang berubah-ubah (al-madinah al mutabaddilah), ialah negara yang
penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki
negara utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
5) Negara sesat (al-madinah al-ḍallah), yaitu negara yang penduduknya mempunyai
cara berpikir yang salah tentang Tuhan dan ‘aqal fa’al, tetapi kepala negaranya
beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu. Ia kemudian menipu orang banyak
dengan ucapan dan perbuatannya.
Para ilmuan Barat memanggilnya dengan nama Alfarabius atau Avennasar, dan
menjulukinya sebagai pendiri filsafat Arab. Al-Farabi disebut pula sebagai guru kedua
(The Second Master, al-Mu’allim aṡ-Ṡani), sedangkan Aristoteles sebagai Guru Pertama
(The First Master, al–Mu’allim al–Awwal). Al-Farabi bekerja di Istana Saif ad-Daulah
al-Hamdani.
Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013 75