Page 139 - E-MODUL EFK_Neat
P. 139
E-Modul
Etika & Filsafat Komunikasi
subliminal terjadi pada tingkat ketidaksadaran atau di bawah alam
sadar kita, sebaliknya dengan subliminal, pada pesan supraliminal,
kita dapat merasakan stimulus yang datang secara sadar.
Pesan subliminal dapat disisipkan dalam berbagai medium,
baik secara visual maupun auditory. Dalam strategi pemasaran,
tidak jarang pesan ini disisipkan dalam media promosi seperti pada
iklan, brosur, bahkan dalam sebuah logo perusahaan untuk tujuan
tertentu.
“Karena aku tidak melihatnya, aku tidak bisa meresponnya.”
“Jika aku tidak bisa melihat atau mendengarnya, bagaimana
aku tahu sesuatu ada di sana? Jika aku tidak tahu sesuatu
ada di sana, bagaimana aku bisa meresponnya?”
Pernyataan di atas merupakan basis dari pengalaman kita
dalam menanggapi apa yang ada di kehidupan kita sehari-hari. Kita
sadar akan adanya objek stimulus (rangsangan) di lingkungan kita
dan merespon objek-objek tersebut. Namun pernyataan di atas
dapat berlaku sebaliknya, tanpa kesadaran akan adanya stimulus,
tidak akan ada respon terhadapnya. Model persepsi yang terlihat
pada pernyataan di atas cukup jelas, yaitu: Kita melihat sesuatu,
dan kita bereaksi pada hal tersebut.
Norman Dixon (1971) menjelaskan model pengolahan
informasi manusia yang cukup mudah. Sebuah stimulus dari
lingkungan masuk ke dalam sistem melalui reseptor. Pengolahan
melalui panca indera mengirimkan sinyal saraf ke saraf optik
dimana “physiological processes underlying phenomenal
representation” (proses fisiologis yang mendasari representasi
memori) menganalisa, mengurutkan, dan mengategorisasi
127