Page 162 - E-MODUL EFK_Neat
P. 162
E-Modul
Etika & Filsafat Komunikasi
Media komunikasi di abad informasi-digital berkembang ke
arah sebuah titik, yang di dalamnya terjadi pelencengan fungsi
komunikasi, kesimpangsiuran tanda, pengaburan makna,
pendistorsian realitas, dan penisbian kebenaran. Komunikasi tak
lagi punya tujuan pasti; informasi tak lagi punya makna jelas.
Informasi berkembang ke arah sifat superlative, yang diproduksi
dalam porsi berlebihan.
Realitas komunikasi menciptakan pola kondisi kemustahilan
interpretasi karena apa yang ditampilkan debagai sebuah
kebenaran (truth) boleh jadi tak lebih dari sebuah kebohongan
(misalnya, citra teroris). Kini tak ada lagi batas pasti antara
kebenaran dan kepalsuan. Orang dihadapkan pada kesulitan besar
dalam memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Kepalsuan
yang dikemas dengan teknik imagology yang cerdas melalui
manipulasi computer graphic, kini dapat tampil sebagai kebenaran
yang meyakinkan.
Karenanya, kebenaran dalam media massa menjadi hal
krusial karena kebenaran versi media kadang kala berbeda dengan
kebenaran versi masyarakat. Hal ini karena aplikasi kebenaran
dalam media dipengaruhi oleh lingkungan yang melingkupi media,
seperti pemilik modal dan pengiklan.
Namun demikian, dalam jurnalistik sendiri terdapat standar
minimum sebagai konsep dari kebenaran dalam me-report
kebenaran. Pertama, report harus akurat, dengan cara melakukan
verifikasi fakta sehingga diperoleh bukti yang valid. Jika ada yang
meragukan, maka audiensi harus diberi tahu bahwa informasi yang
disampaikan belum didukung oleh bukti yang bisa divalidasi.
150