Page 77 - E MODUL ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR
P. 77
maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, jugakemungkinan akan terjadi
pendominasian oleh beberapa orang warga belajar yang sudah biasa dalam hal
mengemukakan pendapat. Untukmengurangi permasalahan yang mungkin
muncul, sumber belajar dituntutmemiliki kemampuan dalam hal membimbing
dan mengarahkan warga belajar supaya mereka dapat mengembangkan
kemampuannya sesuaidengan potensi yang sudah dimilikinya.
3. Pendekatan Kontesktual
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas
diIndonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi
dengan“pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima
danmenghafal. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target
penguasaanmateri, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk
memecahkanmasalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebihdiutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak
hanyauntuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses,
tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa
dalammemecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-
harimelalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui
pembelajarankooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial
(social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6).
Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan
melibatkankomponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaiansebenarnya
4. Pendekatan Konsep
Rosser (dalam Sagala, 2009:73) konsep adalah abstrak yangmewakili
satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atauhubungan-
hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsepdidefinisikan
sebagai abstraksi dari cirri-ciri sesuatu yang mempermudahkomunikasi antar
64