Page 136 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 136

menceritakan  Utari  memarahinya.  Jalu  baru  tahu                                 “Hahaha … Sok pakai peribahasa segala.  Hahaha

            kedatangan Ijad ke Kampung Naga di hari itu karena                              ….”  Tawa Utari meledak.


            andil Utari.

                                                                                                “Ya enggak apa-apa, atuh.  Yang  penting  kan






                “Si  Jalu  disidang  sendirian.  Kasihan,  tahu!”  kata Ijad                peribahasa,”  kilah  Jalu, pura-pura bertahan dengan




            menirukan Utari.  “Padahal kan saya enggak tahu.”                               pendapatnya.  Senyum yang  sedari tadi dikulum










                Jalu  jadi paham kenapa Ijad lari tunggang                                  akhirnya pecah.
            langgang  menemuinya, waktu  itu.  Padahal, Jalu                                    “  Suara kenceng, tapi salah. Sok tahu, Lu,”  ledek











            sengaja tidak memberi tahu  Ijad untuk melindungi                               Utari.




            sahabatnya.  Jalu  bisa membayangkan ekspresi Utari



            saat  ‘menyelesaikan’ masalah  dengan Ijad.  Meski                                  Wajah  Ijad  yang  sebelumnya  tampak  pucat,






            merasa iba pada Ijad, Hati Jalu  menghangat.  Dia tak                           seketika berubah. Tawanya ikut berderai tanpa kendali.

            menyangka, Utari melakukan itu  untuknya.                                           Yes!  kata  Jalu  dalam  hati.  Niatnya  untuk


                “Sebetulnya saya takut. Takut Ibu sama Bapak saya                           mencairkan suasana, berhasil.

            marah. Tapi saya lebih takut pada Utari,” sambung Ijad
            waktu itu.                                                                                             ***
                Jalu  memindahkan  pandangan  ke  Utari.  Sikap                                 “Lu, Lu, bangun!”
            Utari  memang  membuat  segan  lawan  bicaranya.                                    Jalu  nyaris  terlonjak  mendengar  suara  cempreng
            Matanya  yang  tajam,  hidungnya  yang  mancung,                                Utari  mengentak-entak  di  gendang  telinganya.
            serta  rahangnya  yang  tegas,  menambah  kesan  cerdas                         Badannya berguncang seperti terkena gempa.
            sekaligus berwibawa. Orang-orang sering menganggap                                  “Kenapa,  sih?”  tanya  Jalu  hanya  membalikkan
            sepupunya galak.
                                                                                            badan  ke  kanan,  menghindari  tatapan  wajah  sebal
                “Jad,  Ut. Paribasa Sunda  bilang,  ‘mipit kudu  amit,                      Utari. Ini kan hari minggu, pikirnya.






            ngala  kudu  bebeja.’ Yuk, kita bersatu, biar bisa segera



            eksekusi proyek kita,”  uca  Jalu  dengan suara lantang.                            “Ada dua kabar. Baik dan buruk. Mau yang mana

                                                                                            dulu?” kata Utari, malah memberi tebak-tebakan.



                Jalu  melihat  Ijad dan Utari memandangnya

            bersamaan.  Jalu  berusaha mengulum senyum yang                                     Mau tak mau, otak Jalu berputar. Baik dan buruk?



            hampir pecah  jadi tawa.  Keduanya lantas  saling                               Apaan sih, ini?


            berpandangan.  Kebingungan.
            128       Mengejar                                                                                          Bonus Tak Disangka  129
                                                                                                                                 Bab 13
                      Haruto
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141