Page 158 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 158
Pohon itu kini sepi. Biasanya, Ijad sudah Dulu, Jalu sering mandi di sungai itu bersama
bertengger di salah satu dahannya. Hari ini giliran Ijad Abah. Biasanya, dia akan berbaring di antara dua batu
menguasai pohon itu. Tumben, pikir Jalu. Ijad tidak besar dan membiarkan punggungnya diterpa derasnya
akan pernah melewatkan saat giliran mereka tiba. Ijad arus sungai. Seperti dipijat, pikirnya.
sangat menyukai buah kersen. Jalu berjalan pulang, Jalu belum pernah mandi di sungai lagi, setelah
mengetahui orang yang dicarinya tak ada di sana. kehebohan di Kampung Naga, beberapa waktu lalu.
Matahari meraung-raung di atas kepala. Rasa Perasaan takut menghampiri setiap kali dia berniat
panas menyengat, merobek pertahanan kulitnya. memasukkan kakinya ke dalam air. Meskipun
Keringat mengucur dari pori-pori sekujur tubuhnya. sesungguhnya, dia kangen memanjakan badannya
Kepala Jalu celingak-celinguk sesampainya di parkiran dipijat oleh air.
Kampung Naga. Apakah tidak ada pengiriman hari
Jalu bertanya-tanya dalam hati. Mungkin
saat ini
ini? Biasanya, beberapa orang yang bekerja akan sudah saatnya berdamai dengan sungai itu? Mumpung hari
menunggu kurir untuk menjemput barangnya. terik, sekalian menghilangkan rasa gerah akibat udara
Merasa tak menemukan seorang pun di parkiran, kaki panas dan perasaan yang berat.
Jalu mengarah ke tangga. Dia akan pergi ke warung
Ijad, basecamp utama bisnis mereka. Namun, tak Jalu melepas semua yang melekat di tubuhnya.
seorang pun terlihat di sana, baik Ijad, Utari, maupun Hanya tersisa celana pendek yang biasa digunakan
para tetangga yang biasa membantu. rangkap dengan celana sekolahnya. Kaki telanjangnya
yang lembap menyentuh jalan tanah yang lembut, jalan
Tak biasanya warung Ijad tutup, suara dari batu yang terasa panas akibat disengat Matahari, juga
benak Jalu. Tubuhnya yang tadi berdiri, kini duduk rumput di pinggir sungai. Jalu baru saja membungkuk
di salah satu bangku yang ada di balai-balai warung. ketika tiba-tiba.…
Matanya memandang ke arah Hutan Biuk, yang ada
di seberangnya. Air Sungai Ciwulan tampak jernih di “Hoi!” Suara Ijad yang juga masih seperti suara anak-
musim kemarau. anak berusia tujuh tahun melengking di telinga Jalu.
Mandi di Sungai Ciwulan menyegarkan sekali. Jalu menoleh seketika.
Airnya sangat dingin di pagi hari. Airnya pun tetap “Huh, hobi banget sih bikin kaget!” sergah Jalu ketus.
dingin di siang hari. Mungkin bedanya hanya sekitar Sayangnya, reaksi yang diterima Jalu tak sesuai harapan.
beberapa derajat lebih hangat. Arusnya pun sangat deras.
150 Mengejar Salah Paham 151
Bab 15
Haruto