Page 9 - E-MODUL PABRIK GULA KEDAWUNG "SALAH SATU BUKTI KEJAYAAN GULA DI PASURUAN"
P. 9
Elson memfokuskan diri pada wilayah perkebunan di Pasuruan, Jawa Timur.
Temuan Elson bertentangan dengan tesis Geertz karena dampak industri gula
memiliki nilai positif bagi perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa di
wilayah Pasuruan. Industri gula tidak mengakibatkan kemiskinan bersama, tetapi
justru menimbulkan kemakmuran kaum tani pedesaan. Industri gula menyalurkan
sejumlah besar uang dalam bentuk upah tanam, gaji buruh, dan semacamnya
sehingga dapat menghidupkan roda ekonomi di wilayah pedesaan. Industri gula
juga membuka peluang usaha di luar sektor pertanian, seperti transportasi,
perdagangan dan sejumlah kegiatan usaha lainnya (Elson dalam Wasino,
2008:5). Industri gula pasuruan juga mendorong semakin tajamnya stratifikasi
sosial berdasarkan ekonomi. Ada kelas sosial yang memiliki akumulasi kekayaan
lebih besar dibandingkan dengan kelas lainnya. Para elit pemerintahan desa, dan
pemilik tanah besar merupakan kelompok kapitalis di pedesaan Jawa. Di
bawahnya terdapat kelas buruh tani yang tidak memiliki tanah atau hanya
memiliki tanah yang relatif sempit. Dengan demikian, hadirnya perkebunan tebu
tidak menimbulkan involusi, tetapi justru kapitalisasi pedesaan (Wasino, 2008:5)
Di beberapa wilayah di Jawa cultuurstelsel memang
memberikan dampak buruk dan membuat sengsara rakyatnya.
Tetapi di Pasuruan sendiri tidak terdapat banyak hal-hal negatif
terkait dengan cultuurstelsel karena sejak adanya cultuurstelsel
dampak yang dirasakan oleh penduduk Pasuruan adalah
kemakmuran karena setelah itu banyak berdiri pabrik-pabrik gula
yang menjadi cikal bakal industri gula yang sukses hingga saat
ini. Pada tahun 1870 cultuurstelsel dihapus oleh pemerintah
Hindia Belanda, sejak itu pabrik diharuskan untuk menanam tebu
sendiri dengan sistem sewa tanah dari petani. Pada tahun 1930
industri gula mulai berkembang pesat, sehingga di pulau Jawa
terdapat 179 buah pabrik gula dan 16 perusahaan tebu, sehingga
Jawa terkenal dengan penghasil tebu kedua setelah Cuba
(Purwadi, 2014).
6