Page 42 - WP 1 2022
P. 42
Untuk melihat efek multiplier dari anggaran Apabila kita menggunakan angka
balance, surplus, dan defisit, kita menggunakan riil dari Penerimaan Negara
permisalan sebagai berikut: (G) dan Penerimaan Pajak (T)
a. Balance budget yang didapatkan dari Laporan
Misal : C = 0,8 G = 100 T = 100, maka Keuangan Pemerintah Pusat Tahun
1
Y = 1 (100 - (0,8 x 100)) = 100 2012 sampai dengan 2018 dan
(1 - 0,8) memasukan angka tersebut ke
Jika pemerintah menerapkan kebijakan persamaan (3), maka akan didapat
balance budget, maka multiplier effect- nilai Y seperti yang disajikan dalam
nya 1, karena pemerintah mengeluarkan tabel 2. Nilai marginal propensity
government spending (G) sebesar 100 dan to consume (MPC) yang disajikan
menghasilkan output sebesar 100. dalam Tabel 1 merupakan angka
asumsi yang biasa digunakan oleh
b. Surplus Budget Bank Indonesia, yaitu 0,73.
Misal : C = 0,8 G = 80 T = 120, maka
1
Y = 1 (80 - (0,8 x 120)) = -80 Dari perbandingan tabel 1 dapat
(1 - 0,8) dilihat bahwa semakin besar
Jika pemerintah menerapkan kebijakan defisit anggaran, maka semakin
surplus budget, maka multiplier effect-nya besar multiplier effect dan output
negative, karena pemerintah mengeluarkan yang didapat. Artinya, budget
government spending (G) sebesar 80 dan pemerintah harus ditetapkan defisit
menghasilkan output sebesar -80. untuk menstimulus perekonomian
dan mendapat output yang lebih
c. Deficit Budget besar. Namun, ada pendapat
Misal : C = 0,8 G = 120 T = 100, maka lain yang mengatakan bahwa
1
Y = 1 (120 - (0,8 x 100)) = 200 apabila anggaran defisit, akan
(1 - 0,8) membahayakan investasi dan net
Jika pemerintah menerapkan kebijakan deficit ekspor karena akan menimbulkan
budget, maka multiplier effect-nya 1,67, karena crowding out effect. Mankiw (2009)
pemerintah mengeluarkan government berpendapat bahwa perubahan
spending (G) sebesar 120 dan menghasilkan kebijakan fiskal yang meningkatkan
output sebesar 200. konsumsi swasta (C) atau
pengeluaran pemerintah (G) akan
mengurangi tabungan nasional (Y
Tahun Penerimaan Pajak (T) Belanja Negara (G) Defisit (T-G) MPC Y - C - G) dan, karenanya, menggeser
Miliar Rp
Miliar Rp
garis vertikal yang mewakili
2010 723.306,67 1.034.186,58 -310.879,91 0,73 1.874.713,75
2011 873.873,89 1.294.999,15 -421.125,25 0,73 2.433.597,06 tabungan dari S ke S . Karena
2012 980.518,13 1.491.410,22 -510.892,09 0,73 2.872.711,06 1 2
2013 1.077.306,68 1.650.563,73 -573.257,05 0,73 3.200.480,93 NX adalah jarak antara jadwal
2014 1.146.865,77 1.777.182,86 -630.317,09 0,73 3.481.373,50 tabungan dan jadwal investasi pada
2015 1.240.418,96 1.806.334,92 -565.915,97 0,73 3.336.404,02
2016 1.284.970,1 1.864.275,0 -579.304,86 0,73 3.430.543,69 tingkat bunga dunia, perubahan ini
mengurangi NX. Oleh karena itu,
2017 1.343.529,8 2.007.351,8 -663.821,96 0,73 3.802.129,68
mulai dari perdagangan seimbang,
2018 1.618.095,5 2.220.657,0 -602.561,47 0,73 3.849.804,65
perubahan kebijakan fiskal yang
Tabel 1. Perbandingan Input (G) dan Output (Y) mengurangi tabungan nasional
Sumber: Kementerian Keuangan, 2019 (diolah)
mengarah ke defisit perdagangan.
40 Warta Pengawasan