Page 102 - THAGA 2024
P. 102
pesona pada apa yang kami lakukan tadi. “Eh Rin, apa yang
kamu rasakan tadi pas pertama kali naik paralayang?” tanyaku
sambil mulai memantik korek api, menyalakan sebatang rokok
Marlong alias Marlboro bolong.
Jemari Rina sibuk menggenggam gelas teh panas yang
asapnya masih mengepul. “Gak tau, Kak, yang Rina rasakan
kayak antara hidup dan mati saja. Takut banget,” jawabnya
agak tergigil, “tapi ... Kak Gal hebat bisa terbangin paralayang.”
“Sisa hobi masa muda saja, Rin.” Asap rokok aku embuskan
pelan. “Kamu tau gak Rin, kalo hidup itu dimulai ketika kamu
hampir mati. Karena ketika kamu hampir mati dan ternyata
kamu masih bisa hidup. Maka kamu akan lebih menghargai
hidup,” jelasku filosofis padahal mengutip perkataan tokoh
dalam film Captain Marvel.
“Begitu, ya, Kak, bagi rokoknya, ya, Kak?” Jemari Rina
menjumput sebatang Marlong, “tapi bagi orang yang rasanya
mau mati kayak Rina tadi, rokok jadi pelarian efektif, Kak.
Karena rokok bikin rileks otak, makanya banyak orang yang
memilih mending gak makan dari pada gak ngerokok.”
“Lah malah lari ke ngerokok. Agak pahit, loh, Marlongnya.”
Jemariku sigap untuk memantik api bagi Rina. Satu sedotan,
rokok Rina sudah terbakar dan terselip pada bibir tipis yang
lipstiknya mulai pudar. Kepulan asapnya pun menyebar.
Sembari menunggu tubuh menyesuaikan diri dengan suhu
sekitar, aku berkelakar. “Rin tau gak amalan yang bisa bikin
teh panas ini langsung menjadi dingin?” Matanya hanya melirik
menyiratkan tanda tanya. “Ini rahasia, ya. Jadi kamu baca surat
Yasin tiga kali berturut-turut secara tartil, Insya Allah teh panas
ini bakal langsung jadi dingin.”
“Goblok ... Kak Gal nie bercandanya.” Tawanya tertahan
94 THAGA
GALGARA