Page 97 - THAGA 2024
P. 97
memutar tubuh sebaris depan belakang dengan Rina lalu
memberi aba-aba. “Lari ... lari ... lari ... lari!” Yang diikuti secara
spontan oleh Rina dengan ikut berlari ke depan. Sayap parasut
turut terentang siap mengangkat tubuh kami berdua, lalu
membawa kami meluncur terbang melayang membumbung
tinggi menembus udara diikuti pandangan takjub orang-orang.
“Ah ... Kakak ....” teriakan Rina mendadak keluar dengan
kerasnya bersama gemerisik desau embusan angin. Entah
mengapa otakku malah seperti mendengar suara desahan.
Jemarinya menggenggam erat tali webbing dan riser yang
menghubungkan harness dengan parasut. Selanjutnya
terdengar tawa renyah dari Rina yang menandakan dia sudah
mulai terbiasa dan baik baik saja. “Kak Gal jahat ....” Begitu
teriaknya panjang.
Aku menikmati momen ini dan ingin berlama-lama. Posisi
seperti ini tentu buat salah satu otot tubuhku bergeliat. Apalagi
si A’war dari tadi membisiki bahwa posisi dari belakang begini
Rina terlihat sangat indah. Gerai rambutnya, suara teriakannya,
aroma keringatnya, dan halus kulitnya kata si A’war spek
bidadari terbang loh ini.
“Rileks saja, Rin!” teriakku sambil mengantar Rina mengitari
dirgantara. Sekitar 5 menit terbang melayang menikmati
hamparan pemandangan pegunungan yang ada di bawah
hingga meneropong kubah langit yang jauh membentang
horison. Aku menunjukkan keberadaan Pondok Pesantren Al
Izzah di bawah sana. Tanganku menarik tuas steering controls
guna mengarahkan parasut 90 derajat menghadap timur untuk
melihat kawasan Songgoriti.
“Rin kamu lihat di sana ada tower yang tingginya tujuh
puluh meter. Artinya ketinggian kita di atasnya.” Aku memutar
kembali parasut 90 derajat menghadap kota Batu. “Itu alun-alun
THAGA 89
GALGARA