Page 132 - THAGA 2024
P. 132
dan tutupkan. Seat belt juga kini kupasangkan. Kendaraan kami
kini meluncur langsam meninggalkan area bukit berbintang.
Aku memilih jalur berbeda dari jalur keberangkatan. Pilihanku
jatuh pada jalur alternatif via Klemuk tepatnya di Jalan
Rajekwesi. Jalur ini memang jalur alternatif tercepat, tetapi tidak
direkomendasikan bagi yang tidak lihai berkendara. Sebab jalur
ini curam dengan tingkat kemiringan hingga 10 derajat dan
menjadi jalur rawan kecelakaan alias black spot. Namun, seolah
sudah dirancang semesta, setelah melihat keindahan view dari
Gunung Banyak, selanjutnya panah asmara mengarahkan
siapa saja untuk istirahat dengan tenang di kawasan Songgoroti
dengan melewati jalur favorit ini. Tandanya saat jalan sudah
membelah hutan dengan kelok tajam dan turunan semakin
curam maka ujung muara jalur ini adalah kawasan Songgoriti
di Jalan Arumdalu.
“Vila vila,” teriak tukang ojek pramuwisata Songgoriti
menawarkan rumah mereka sebagai tempat penginapan.
Fenomena rumah warga menjadi penginapan di kawasan
Songgoriti mulai muncul pada tahun 1980-an, di mana sejumlah
hotel di Kota Batu tak mampu mengakomodir banyaknya
wisatawan yang datang. Akhirnya warga berinisiatif menyulap
rumah mereka menjadi penginapan para wisatawan yang tak
tertampung.
Aku menyorotkan lampu jauh sebagai tanda abai dan
terimakasih lantas terus memacu kendaraan ke arah timur
masuk Jalan Perumahan Bukit Songgoriti. Untuk sementara
lupakan Gang Macan, mirip Gang Sono dan Gang Dolly yang
tersohor itu.
“Kak, kenapa ke sini?” Matanya terbelalak sembari
menggamitkan jemari pada lenganku.
124 THAGA
GALGARA