Page 223 - THAGA 2024
P. 223
Langkahnya teratur anggun kala menuju samping jendela
kendaraanku. Tanganku segera menurunkan kaca jendela. “Ini
access cardnya. Kamar dua belas tiga belas. Kasih aku waktu
sepuluh menit, lalu susul aku. Aku tunggu, Gal,” komandonya
datar tanpa melihatku.
Perempuan itu adalah seorang pemimpin media Wartapala
Indonesia. Pantas saja kendaraan yang dikendarai adalah
seekor double cabin yang begitu macho.
Sepuluh menit sudah aku menunggu di dalam kabin. Kini,
aku melangkah menuju lantai 12 kamar 13. Masuk kamar 1213,
aku meletakkan kotak Malang Strudel di pantry, lalu segera
menuju wastafel kamar mandi untuk mencuci tangan dan muka.
Selanjutnya aku menuju meja oval dari marmer samping tempat
tidur. Sebotol olive oil sudah teronggok di atasnya.
“Kamu kurusan sekarang Gal. Jarang makan, ya?” sapa
suara seorang gadis yang sudah rebah tengkurap dengan
balutan bathrobe di atas kasur ukuran king bed dialasi sprei
katun putih. Rambutnya hitam lurus tipis dipotong bob tergerai
di atas bantal putih besar yang fluffy. Sebuah airpods generasi
tiga warna putih menyumpal di kedua lubang telinganya.
“Keliatan emang? Kurang tidur saja kayaknya,” tanganku
menyingkap bathrobe di pahanya, mata dan telapak tanganku
melihat dan merasakan kulit putih terang tanpa cacat.
Karena sudah kenal, aku tak perlu lagi meminta izin kepada
si empunya tubuh sebelum melakukan full body massage.
Telapak tanganku mulai menghangat kala bersentuhan dengan
kulit betisnya. Begitulah yang aku pelajari dalam proses
massage. Sebelum melakukan treatment massage, tanganku
harus kenal dulu dengan kulit klien. Selanjutnya, aku akan
melakukan gerakan massage menuju arah jantung di mana
THAGA 215
GALGARA