Page 42 - THAGA 2024
P. 42
melalaikan salat. Kalau pun salat, maka salatku akan terasa
kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya. Ini tips buat
kamu, jika kamu merasakan kehadirannya, maka harusnya
kamu membaca ta’awudz dan meludah kecill ke arah kiri
sebanyak 3 kali.
“Kopi susu satu, Bu.” Aku menunggu ditemani si Khanzab
sembari nyari kawan ngobrol santai di warung kopi. Karena
warkop tempat paling asik buat belajar. Semua bisa menjadi
ahli dan tak perlu menjadi ahli beneran untuk bicara tentang
segala soal. Biasanya tak lama lagi, rekan kami si Masuth yang
suka gosip ikut gabung.
Namun, belum juga aku menyeruput segelas kopi susu,
terlihat jamaah salat sudah selesei menjalankan kewajiban. Ah,
betapa bahagia mereka yang hatinya tertaut pada masjid. Tapi
rekanku si Khanzab senyum-senyum sambil berbisik, “Banyak,
kok, Gal yang salat disana tapi pikirannya kemana-mana
bahkan lagi mikirin liburan.”
Sembari menunggu kopi agak aman di lidah, aku mulai
merenungi nasib sendiri. Padahal serusak-rusaknya aku,
harusnya tidak meninggalkan salat. Apalagi salat adalah
kewajiban yang nanti akan pertama kali dipertanggungjawabkan.
Semua amal baik dengan orang, membantu orang, menolong
orang dan semua yang di dunia aku kejar, aku cintai, aku kira
penting, kelak akan menjadi tiada arti saat aku mati. Terlebih
semua akan sia-sia jika aku meninggalkan kewajiban salat
yang harusnya aku jaga.
Mungkin aku ini memang hypokrit, atau memang saat ini
iman ini sedang kuyu. Padahal, aku menyadari semua itu, hanya
saja kadang beralasan bahwa buat apa setiap hari minta maaf
pada saat salat tapi juga terus membuat perkara maksiat. Meski
34 THAGA
GALGARA