Page 430 - THAGA 2024
P. 430
harusnya sudah pulih dari kedunguan duniawi.
“Abis ambil kerjaan dari mana tadi? Lancar?” Dia membuka
topik mungkin untuk menghilangkan rasa kantuk selama di
perjalanan atau usahanya mengerti aku.
“Jogja,” jawabku kembali pendek seolah malas dan lelah
untuk menanggapinya.
“Berarti ketemu Ester, dong? Kok, kayaknya kamu capek
banget, Gal? Pasti kamu ada masalah lagi sama dia, kan?”
tanyanya dengan nada ketus. Hati Nastiti selalu membengkak
kala aku menyebut Jogja, karena dia tahu persis ada siapa di
sana.
Aku mengembuskan napas berat. Mataku terbuka,
membuang muka lalu menatap jalanan yang lenggang dari
balik jendela pintu.
“Kenapa diem, Gal? Apa aku perlu merasa khawatir? Kamu
janji, kan, kalo bakal cerita kalau soal dia. Aku cuman pengen
kamu jujur. Kamu lupa, ya, kalau gawaimu tersambung dengan
gawaiku. Apa yang ada di historimu aku bisa tau.”
Aku tak menanggapi dan memilih membisu. Namun, jika
aku terus mendiamkan, ini semua gak akan selesei. Dia akan
terus bertanya.
“Nas, terlalu banyak pikiran itu penyakit. Orang pinter seperti
kamu ini kalau dalam hidup biasanya lebih sering menderita,
karena banyak yang kamu pikirkan. Sesekali jadi orang yang
gak terlalu banyak mikir. Biar gak terlalu gelisah.”
15 menit berlalu dan kami memasuki pelataran rumah
orang tua. Kami turun dan masih kulihat wajah Nastiti yang
ditekuk. Selalu menjengkelkan begini jika dia cemburu. Peduli
setan, aku segera bergegas masuk ke kamar dan merebahkan
tubuh. Sepuluh menit berlalu tapi entah mengapa mata ini tak
422 THAGA
GALGARA