Page 435 - THAGA 2024
P. 435
Malam begitu hening di rumah ini. Udara pun terasa sejuk
meski tanpa ac. Begitu damai. Aroma sedap malam selalu
terhidu. Penerangan dari lampu kerekan yang selalu temaram.
Di rumah orang tuaku memang hidup seolah slow tak butuh
fomo.
Dering suara gawai membuat sukmaku kembali merasuk
kedalam raga. Kutatap layar gawai menunjukkan pukul 10 lebih
10. Selarik pesan masuk dari Selin
“Kak, hari ini kayaknya kita harus rapat. Pasien kita semakin
bertambah tapi pemasukan tidak.” Begitu pesan dari Selin yang
segera membuat mataku hidup.
“Oke, du ajam lagi, ya. Aku baru bangun. Oh, iya siapin
semua berkas sama bikin yang anget-anget, agak enter wind
aku,” balasku cepat.
Bergegas aku mandi dan keramas untuk membuang sial.
Aku tak melihat Nastiti dan orang tuaku di mana. Hanya Bi
Lasmi yang ada di rumah.
“Den, itu dibikinkan Nastiti nasi goreng buat sarapan,
dimakan dulu.”
“Iya Bi,” ucapku sembari duduk di meja makan dari kayu
jati. Sepiring nasi goreng Jawa dengan telur ceplok sudah
terhidang. Nastiti memang pandai memasak. Setelah mengucap
basmallah, segera aku tandaskan sepiring nasi goreng tanpa
sisa sebutir nasi pun dipiring. Rasanya manis, sesuai lidahku.
Puas dengan sarapan yang bikin mood bagus, aku bergegas
pergi menuju rumah singgah.
“Bi, aku pamit berangkat dulu, salam untuk ayah ibu sama
Nastiti.” Tanganku meraih, lalu bibirku mengecup punggung
tangan Bi Lasmi.
“Hati-hati, Den,” ucapnya seraya mengelus kepalaku.
THAGA 427
GALGARA