Page 437 - THAGA 2024
P. 437
di depanku yang tengah berkutat menatap lembar laporan
masing-masing.
“Total pasien minggu ini masuk lima orang, Kak. Semuanya
kita anggap lahiran sesar. Kalo kita bulatkan sekaligus ditambah
biaya perawatan pasien, berarti per orang dianggarkan tiga
puluh juta kali lima. Total butuh seratus lima puluh juta,” terang
Selin.
Aku berfikir sejenak. “Dari donatur tetap bulanan ada masuk
berapa?”
“Donatur tetap bulanan ada lima belas orang, per orang
donasi seratus ribu. Total berarti satu juta lima ratus, Kak.”
Davina kini bergantian menerangkan. “Ini buat biaya operasional
kita saja sudah minus. Kita harus nyari sumber lain, Kak.”
“Apa kalian sudah mencari donatur tambahan buat
yayasan?” tanyaku memastikan.
“Sudah, Kak. Kebanyakan gak mau bantu alasannya
sama. Mereka ngira kalo lembaga kita malah membantu
merebaknya pergaulan bebas. Sebab, kalo ada yang salah
malah diakomodir,” urai Davina.
“Padahal kita juga udah jelaskan kalo justru lembaga kita
itu memutus agar yang salah tidak semakin salah. Intinya pro
kontra, yang pro belum tentu donasi, yang kontra udah pasti
gak bakal donasi,” tambah Selin.
Aku menghela napas dan membuangnya kasar. “Yasudah,
kita kerja kalo gitu.”
“Maaf, Kak. Kalo lembaga minus begini, apa ndak kita coba
pilih opsi batasi saja pasiennya?” Selin mengutarakan pendapat.
“Atau kita kejar aktifkan BPJS mereka agar biaya lahiran bisa
dicover. Resikonya mungkin mereka akan ketahuan keluarga
kalo ada penambahan keluarga baru di daftar pengguna
BPJSnya.”
THAGA 429
GALGARA