Page 434 - THAGA 2024
P. 434
“Belum tau, paling seharian aku tidur. Gak usah dibangunin
buat sarapan.”
Dia mengangguk paham, meski tatapannya sedikit jengah.
Tanpa berkata lagi dia lantas berjalan akan meninggalkanku.
Aku tau dia selalu khawatir dengan keadaanku.
Tanganku menyahut tangannya. Lalu memancangkan
mataku ke matanya dalam. “Nas, mulai hari ini hingga satu
tahun lagi jika aku belum menemukan orang yang aku cari, kita
nikah, ya. Selama itu juga kamu bebas berteman dengan siapa
pun. Entah aku atau kamu dulu yang akan menemukan orang
pembawa obor itu. Jika dalam setahun ini kita sama-sama gak
nemuin pembawa obor, kita jalan bareng, ya. Meski kita akan
tertatih menjalaninya.”
Wajahnya merespon tanpa ekspresi. “Kita gak pernah
tau masa depan. Tapi aku akan selalu mendo’akan kita. Apa
yang terbaik bagi kita menurut Tuhan. Dan kamu harus yakin,
kalo kamu bertekad buat jadi lebih baik, Tuhan bakal kirim
kamu orang baik yang akan selalu nemenin tiap langkahmu.”
Tanganku melepaskan genggaman, lalu sosoknya menghilang
dari pandanganku.
Malam ini aku mencoba berdamai dengan semua sakit
yang menyiksa. Dan merenungi bagaimana aku adalah contoh
manusia yang tak pandai bersyukur. Jam prapatan di dinding
kamarku berdenting dua kali yang menunjukkan ini sudah pukul
dua. Pikiranku terus berkecamuk hingga otakku lelah untuk
menelaah, akhirnya sukmaku masuk ke dalam alam mimpi.
Hingga, aku mencoba untuk tak lagi dulu memikirkan
maupun mencari perempuan pembawa obor. Lebih baik aku
fokus ke pekerjaan, sembari meningkatkan kualitas diri agar
lebih baik lagi ke depannya. Satu tahun, waktu tersisa untukku.
426 THAGA
GALGARA