Page 484 - THAGA 2024
P. 484
menghambur ke kamar mandi kantor. Selin pun segera
mengembalikan debayi pada ibunya untuk dimandikan dan
kembali bergabung bersama kami untuk melanjutkan kordinasi
terkait pekerjaan. Hingga pukul 17:30 aku dan Nastiti bergeser
meninggalkan rumah singgah menuju Surabaya.
Jalanan Sidoarjo arah Surabaya yang selalu padat dan
macet pada jam-jam pulang kerja, membuat kami sedikit
terlambat dari waktu janji temu. Beruntung terlambatnya masih
bisa ditolerir. Kawanku sudah duduk menanti di meja The Chef
Cafe Food & Beverage yang berada di jalan Nginden, Sukolilo
pinggir kampus. Bersama seorang lelaki paruh baya dengan
pakaian perlente, dia menunggu di meja pojok dekat pintu.
Aku dan Nastiti duduk di kursi meja kafe yang menghadap
kawanku bernama Novi dan lelaki paruh baya yang aku tak mau
tau siapa namanya. Kawanku malam ini mengenakan pakaian
dengan balutan jilbab serba warna hijau sage dan blazer abu-
abu yang masuk warna bumi, membuatnya terlihat kalem dan
cantik. Dia mengemban tugas sebagai salah satu admin yang
bekerja di kampus sebelah kafe ini.
“Maaf terlambat,” pintaku setulusnya kala menjabat tangan
Novi. Sedang lelaki di depanku dan Nastiti tak bergeming untuk
ikut berjabat tangan. Nastiti memesan dua gelas es susu cokelat
buatku dan dirinya. Sedang Novi dan lelaki sebelahnya sudah
terlebih dahulu memesan kopi hitam dan jus jambu segar.
“Gak masalah, Mas Gal. Saya baru bisa kabari sekarang
permintaan Mas Gal, sebab tiga bulan lagi akan ada wisuda.
Agar tidak terlalu mencolok, Mas Gal kami ikutkan kelas dan
saya beri nomer dosen untuk komunikasi terkait tesis,” terang
Novi dengan bahasanya yang baku dan nada yang rendah.
“Nov, apa bisa tesisnya sekalian aku delegasikan?
Sepertinya aku gak bakal ada waktu buat ngerjain tesis. Kalo
476 THAGA
GALGARA