Page 479 - THAGA 2024
P. 479
Tangannya kembali menggenggam tangan Nastiti.
“Iya, terima kasih, ya. Eh, katanya banyak bumil yang udah
lahiran, ya, bulan ini? Boleh aku gendong, ya?” tanya Nastiti
yang selalu menggendong bayi-bayi saat mampir ke yayasan.
“Oiya, itu ada oleh-oleh dibagi saja buat kalian sama bumil.”
“Wah, terimakasih, Kak Nas. Ada di dalem kamar perawatan,
Kak Nas. Kakak mau masuk?” tanya Davina sembari membawa
tas Nastiti.
“Aku cuci tangan dulu, ya. Tinggal saja gak papa, katanya
mau ada rapat sama kak Gal.” Nastiti segera menghambur ke
kamar mandi sebelum mengudang bayi gembil.
Aku, Selin, dan Davina segera meniti anak tangga untuk
menuju ruang kerja. Kami segera mengadakan rapat.
“Ini, Kak Gal. Data pasien yang baru.” Sembari menyodorkan
seberkas riwayat klien. “Sudah kami assessment dan layak
ditampung,” sambung Selin sembari mencanting kaca mata
framless dariwajahnya.
Davina segera turut bergabung dengan membawa
secangkir cokelat hangat serta cemilan potongan brownies
susu oleh-oleh dari Kota Batu.
Aku terperanjat membaca riwayat pasienku yang baru
masuk ini. “Namanya Rina Maharani Binti Prasetyo? Fotonya
beneran ini? Coba suruh ke sini, Sel,” titahku.
“Oke, Kak. Tapi itu data KK sama KTP kayaknya palsu,
Kak. Tadi aku sudah cek di dukcapil sama BPJS gak muncul.
Oiya, dia bilang kalo kenal kamu, Kak.” Selin segera bangkit
turun menuju lantai satu.
“Dav, katamu ada pasien urgent di Depok yang butuh
pendampingan lahiran? Udah ada datanya?” tanyaku pada
Davina yang tampak mengisi berkas riwayat klien.
THAGA 471
GALGARA