Page 475 - THAGA 2024
P. 475
Nastiti untuk berjalan mengikutiku.
Yang punya badan diam saja diseret. “Pelan-pelan jalannya,
Gal. Agak ketat ini kamenku,” ujarnya sambil agak mencincing
kain yang membalut tubuh bagian bawah.
Pada lapak pertama dan kedua, Nastiti belum menemukan
cincin yang menurutnya pas. Selalu saja ada kendala, jika bukan
masalah model, pasti masalah ukuran. Aku sempat bingung jika
nanti di lapak terakhir gak ada cincin yang menurutnya pas,
apa yang bakal Nastiti lakukan. Akhirnya kami masuk ke lapak
terakhir yang berada di paling ujung. Nampak, seorang mbak
mbak dengan pakaian hijab model the Nuruls warna serba biru
laut melayani kami dengan ramah.
Hasilnya sama, nihil. Sampai mbak mbak itu membuka
kotak baru simpanannya yang masih lengkap. Dan di situlah
mata Nastiti tampak berbinar.
“Ini yang pas, Gal. Modelnya timeless juga versatile.
Ukurannya juga lima belas, pas buat jari manisku yang
diameternya lima koma tujuh centi meter,” jelasnya sembari
melingkarkan cincin di jari manis tangan kirinya, lalu
menyerahkan padaku.
Aku lihat cincin pilihan Nastiti desainnya tipis dan ada bling-
bling mirip intan yang cukup elegan. “Yaudah itu saja,” ucapku
pada Nastiti. “Mbak, yang ini harga cincinnya berapaan, ya?”
tanyaku pada mbak yang sedari tadi cukup antusias membantu
kami.
“Yang itu empat puluh ribu, Mas. Bahannya titanium dan
rhodium, insyaallah anti karat meski kena air maupun keringat,”
jelas mbak mbak the Nuruls sungguh-sungguh.
Sepemahamanku bahan stainless steel harusnya lebih
bagus dari bahan titanium dan rhodium, tapi untuk harga segitu
worted lah.
THAGA 467
GALGARA