Page 473 - THAGA 2024
P. 473
manusia adalah dalam ranah ikhtiar (berusaha semaksimal
mungkin), masalah hasil berada dalam wewenang Tuhan. Mau
mewujudkan keinginan kita cepat atau lambat, atau bahkan
tidak sama sekali.
Oleh sebab pemikiran tersebut, aku mencoba untuk
mengubah nasib sendiri. jika terlaksana maka semua itu
memang diizinkan oleh Tuhan. Kini setelah menikmati indahnya
view kota Batu. Pikiranku terbuka untuk melakukan sesuatu
pada Nastiti.
Bianglala yang berwarna-warni berputar lagi. Kini kami
berada di atas condong ke kiri. Nastiti menatap ke selatan pada
julangan Gunung Panderman, Gunung Butak dan Gunung Kawi.
Sedang aku menatap ke Utara pada julangan Gunung Arjuna.
Pada putaran ketiga, aku beranikan diri untuk buka suara.
“Nas, kamu pernah bilang, kan, kalo kamu pengen cincin.
Setelah ini kamu aku anter ke toko cincin, kamu pilih sendiri yang
kamu suka. Aku belikan sebagai hadiah atas keberhasilanmu
di wisuda, dan juga persiapan menepati janjiku. Kurang satu
bulan lagi harusnya aku menikahi kamu.” Entah mengapa udara
mendadak berembus lembut.
Nastiti tampak terperangah, menghentikan hisapannya
pada sedotan di gelas karton berisi susu. Raut wajahnya
tampak mencoba berpikir. “Gal, aku mau saja, tapi aku yang
pilih mau beli di mananya boleh?”
“Ya, boleh, Nas. Kamu sudah punya referensi mau beli di
mana?
“Sudah. Kamu tau, kan kalo aku naik bianglala pasti lihat
lapak-lapak di pasar kuliner situ. Di situ aku selalu berpikir suatu
saat nanti aku bisa minta kamu buat beliin cincin. Aku di barisan
lapak kuliner itu ada lapak aksesoris yang kayaknya harganya
murah. Boleh ke situ saja belinya?”
THAGA 465
GALGARA