Page 474 - THAGA 2024
P. 474
“Boleh saja, tapi kan aksesoris gitu kualitas barangnya
seperti mainan, Nas. Aku mau belikan kamu cincin buat kamu
pake sampai nanti kita nikah. Aku mau belikan yang kualitas
barangnya bagus sekalian.” Kulihat tampak mata Nastiti
berkaca.
“Aku gak pengen cincin bagus, kok, Gal. Dulu kenapa aku
mau kamu belikan cincin di situ soalnya kamu dulu gak seperti
sekarang. Kamu dulu belum semampu sekarang. Masih inget,
kan kamu buat beli makan saja aku yang traktir. Ke mana-mana
cuman pake motor Kharisma. Sejak itu aku yakin dan terus do’a
buat kamu agar suatu saat dimampukan buat beliin aku cincin
di situ. Jadi, meski kamu sekarang sudah mampu, aku tetep
mau dibeliin cincin di lapak situ saja. Mungkin harganya cuman
seratus ribuan, aku kira kamu sudah cukup mampu sekarang
buat belikan itu.”
Aku memancangkan pandangan ke matanya lekat-lekat.
“Hal seperti ini yang membuat aku pada akhirnya harus belajar
menghargai wanita dan bersyukur memiliki kamu, Nas. Kamu
sudah selayaknya dihargai, sebab kamu begitu berharga.”
“Yaudah kita ke lapak situ saja, Gal,” ujarnya sembari
menunjuk pada lapak pinggir jalan yang dipenuhi parkiran
motor. Disitu sudah berjajar tiga lapak aksesoris yang rencana
akan kami masuki.
“Kalo boleh tau emang kamu do’a apa, Nas?”
“Rahasia, Gal. Tapi aku mengamalkan bacaan Ratib Al
Athos. Kamu sendiri kan yang ajarin aku kalo suka seseorang
dan melunakkan hatinya untuk membaca itu.”
Akupun tersenyum. “Senjata makan tuan ininamanya,”
batinku.
Setelah turun dari bianglala, kami segera menuju lapak
aksesoris. “Ayo Nas,” Aku begitu bersemangat menyeret tangan
466 THAGA
GALGARA