Page 50 - THAGA 2024
P. 50
dan pisau daging dengan tisu. Setelahnya segera memisahkan
daging tulang dan memotong cube one bite size. “Nie, Rin,
selamat makan. Doa dulu!”
Matanya melebar senang. “Kak Gal,” panggilnya
menggantung dengan wajah merona. “Makasih, ya, sudah ....”
“Doa, Rin. Biar si Dasim gak ikuti kita makan,” selaku.
“Si Dasim? Iyah.” Dia tersenyum penuh makna.
Aku memotong daging ayam yang begitu ngeprul saat
terlepas dari tulang. Mataku memindai warna daging yang
putih tanpa ada merah kecokelatan, artinya daging ini sudah
dimasak dengan benar dan matang. Daging ayam termasuk
jenis daging putih, akan sangat berbahaya jika tidak dimasak
sampai matang. Sebab bakteri ecoli akan menjadi musuh serius
bagi siapa saja yang mengonsumsinya.
“Kamu harus cobain, deh, Rin, tekstur saat dipotong saja
sudah sangat lunak.” Jemariku menyodorkan sepotong daging
ayam moyang. Rina menggigitnya tanpa ragu, membiarkan
rasa hangat dan lembutnya daging ayam yang gurih berempah
memberi sensasi halus pada mulut. Aroma rempah yang khas
dan lembutnya daging membuat lidah menari dengan nyaman.
Sangat nusantara.
Rina mengguman sambil menguyah. “Ehm, gurih, empuk
banget ternyata Kak.”
Aku mengangguk senang. “Kamu bisa masak, Rin?”
tanyaku penasaran.
“Gak bisa, Kak. Dulu Rina pernah nyoba masak ayam krispi,
jadinya malah ayam kremasi,” kikiknya di sela-sela mengunyah.
Seporsi hidangan santap siang Rina hampir tandas tak
berbekas. Cara makannya rancak, membuat siapa saja tukang
masaknya akan merasa sangat dihargai. Sedangkan aku masih
jalan separuh.
42 THAGA
GALGARA