Page 53 - THAGA 2024
P. 53
memberi penekanan pada kata cantik. “Pas, kok namanya.”
Aku tersenyum dengan mata penuh makna sekaligus mulai
merapalkan rapalan mata penunduk wanita dengan menyebut
nama lengkap Rina, binti-nya, menatap bagian tengah antara
alis matanya, lalu dalam hati membaca dua kata wama kutu
berulang-ulang.
“Kok, bisa pas kenapa, Kak?”
“Iya sesuai namanya. Pasti pribadinya baik.” Puji sifatnya
jangan fisiknya. Sebab perempuan cantik sudah bosan dipuji
cantik. Jemariku memelintir-melintir cabe hijau. Rapalan mantra
terus aku sandingkan dengan namanya.
“Yeay ... Kak Gal. Gombal.” Wajahnya tersipu.
Tak perlu lama untuk membuat gadis di depanku gelisah
akibat percikan hasrat. Duduknya mulai tak nyaman goyah.
Ujung lututnya merapat saling digesekkan. Kelopak matanya
mulai sayu dengan pupil semakin mengecil. Barisan gigi putih
rapinya menggigit bibir tipis bawah. Kena kau.
Dari raut wajahnya, aku kira Rina sedang merasakan
keanehan pada tubuhnya. Terutama di bagian sensitifnya.
Mungkin di bawah sana sudah membasah. “Kenapa, ya,
dikondisi seperti ini.” Mungkin begitu suara dalam batinnya.
Matanya menatap sayu. Itulah cara melakukan teluh birahi,
bunyi mantranya adalah “manna takobinas taqobal yahrojal
maniyiladzim atau wama kutu”.
Cara menggunakannya mudah saja, kamu tinggal
konsentrasi pada kening targetmu atau yang disebut cakra
ajna, letaknya di tengah di antara dua alis atau rambutnya. Tarik
nafas, baca mantra tadi sekali dalam hati sambil memelintir-
melintir cabe, ulangi beberapa kali. Kalo cabe sudah lembek
atau dirasa cukup, langsung pecahkan cabenya.
THAGA 45
GALGARA