Page 48 - THAGA 2024
P. 48
Aroma ini lagi. Jangan sekarang datangnya. Tolong, rutukku
dalam hati.
“Gal.” Terdengar suara tajam memanggil namaku.
Tatapannya menegur. Tanpa tedeng aling-aling, sosok putihnya
langsung mematung di depanku.
Aku terpaku tak mampu bersuara, bulu kuduk meremang,
jantung pun berdegub kencang.
Sandangannya berbalut kebaya hijau neon potongan loose
dengan selendang kuning yang berkibar tertiup angin. “Kamu
akan melanjutkan?” tanyanya dengan nada mengintimidasi.
Ah, dia selalu bisa menebak jalan pikiran dan sekelebat
batinku. Sepertinya aku salah ambil perjanjian. Aku hanya
menunduk, tak cukup nyali bertatap mata langsung, apalagi
menyela.
“Gal, liat aku!” cetus suaranya sengau.
Aku menatap matanya yang menyalang lalu segera
membuang muka sebelum semakin tak berdaya.
“Terserah kamu. Yang harus kamu tau, apa yang akan
kamu lakukan itu bisa membuat dia celaka, terjerat dan gak
akan bisa pergi,” ucapnya mengingatkan.
Aroma bunga cempaka putih pada rambutnya menguar.
Pikiranku mengawang, entah memikirkan apa.
“Kak Gal.” Suara ceria Rina serta merta mengusir sosoknya.
“Lagi mikirin apa?” Dia mengibaskan tangan di depan mataku.
Aku terkesiap dan kembali tersadar. “Eh, jadi pesen apa,
Rin?”
“Ye ... Kakak ngelamun,” cetusnya sembari menatapku
penuh tanya. “Makanan favorit di sini, Kak. Kakak pasti suka,”
sambungnya dengan membuka air mineral le mineral 600 ml,
lalu disedotnya.
“Wah, apa, tuh?”
40 THAGA
GALGARA