Page 60 - THAGA 2024
P. 60
Menulis bagi Al sendiri juga sebagai pelampiasan
kemarahan dan obat mujarab atas ketidakbahagiaan hidupnya.
“Gak akan bisa. Gak untuk dicetak ulang.” Al menyesap
susu hangat yang kepulan asapnya mulai leram. “Kamu tau ,
kan, aku gak pernah mencetak ulang novel yang pernah aku
terbitkan?” Al selalu menutup karyanya agar tidak pernah dibaca
orang lain. Hanya orang yang beruntung yang bisa membaca
tulisannya.
“Kamu takut gagal atau takut akan penilaian orang,
bukan?” Inka coba menjudge menggunakan psikologi terbalik
agar Al tidak nyaman. Namun di balik itu dia sedang melakukan
persuasi agar Al melanjutkan niat menulisnya.
Al bersungut, “Kamu tau kan aku gak pernah peduli
atas penilaian orang lain. Aku makan gak ikut mereka, kok,”
bantahnya dengan sifat keras kepala seperti biasanya. Namun
dibalik itu semua, sikap bodoh amatnya muncul akibat seringnya
terluka dan dikecewakan manusia. Hingga Al pernah berkata
bahwa dia lebih takut dengan manusia dari pada setan. Sebab
manusia gak pernah bisa diprediksi.
Raut muka masam Inka sempat menyapa dari balik
gawainya. Namun perempuan ini sangat pandai mengolah
rasa. “Apapun itu bagiku kamu penulis berbakat Al.” Secerca
semangat dia selipkan sebagai pembesar hati. “Dan aku akan
selalu menjadi orang pertama yang menyukai karyamu. Fans
setiamu.”
Meski Inka juga sadar bahwa orang di sini kejam. Jika ada
orang salah dan gagal malah diludahi, diinjak injak, digunjing,
dan tidak boleh menjadi benar atau bangkit untuk memperbaiki.
Jadi kalo terlanjur salah dan gagal, harus salah dan gagal
terus. Orang tidak akan datang memberi solusi atas kesalahan
52 THAGA
GALGARA