Page 161 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 161

140  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


          mirip dengan “longgarnya jubah yang dikenakan” di atas “berbagai praktik
          dan takhayul populer”. Menurut van Swieten, para koleganya membutuhkan
          pelajaran  baru  baik  mengenai  sejarah  Islam  maupun  detail-detail  praktik
          tarekat: ritual-ritual mereka, terutama prinsip ketaatan mutlak kepada sang
          syekh.  Semua  ini  disuplainya  dengan  senang  hati,  dengan  memanfaatkan
          karya A. Le Chatelier dan L. Rinn (1838–1905) mengenai kaum Marabout
          Afrika Utara. 92
              Terdapat beberapa pejabat lain dengan perspektif yang lebih sesuai. Salah
          seorangnya  adalah  J.J.  Verwijk,  yang  mengadakan  penyelidikan  mengenai
          “sekte-sekte” Islam di Karesidenan Banyumas dan menyampaikan laporannya
          pada Januari 1889. Berdasarkan pengamatannya terhadap empat kelompok—
          Akmaliyyah,  Khalwatiyyah,  Syattariyyah,  dan  Naqsyabandiyyah—Verwijk
          mengajukan  argumen  menentang  pandangan  yang  terlalu  umum  bahwa
          orang-orang Jawa sebenarnya adalah orang yang meyakini sebentuk agama
          sinkretis tertentu, dengan menunjukkan jika standar yang sama diterapkan
          pada orang-orang Kristen Eropa Selatan, mereka pun akan tergolong sebagai
          kaum sinkretis. 93
              Verwijk  menegaskan  bahwa  hanya  ada  sedikit  hal  untuk  ditakuti
          dari banyak gerakan setempat dan sedikit pula yang bisa diperoleh dengan
          melarang  ibadah  haji  atau  menempatkan  sekolah-sekolah  Islam  di  bawah
          administrasi langsung negara. Memang cukup bijaksana mengharuskan para
          guru meminta izin untuk mendirikan sekolah baru, tapi campur tangan para
          pejabat  setempat  secara  berlebihan  perlu  dihindari,  apa  pun  yang  terjadi.
          Seperti  yang  akan  kita  lihat  dalam  bab  berikutnya,  argumen Verwijk  juga
          diajukan oleh Snouck, sebagaimana Poensen mengutip publikasi paling awal
          Snouck sebagai perangsang surat-suratnya kepada Soerabaiasch Handelsblad.
          Namun,  sementara  Poensen  direkrut  ke  sekolah  kota  praja  di  Delft  pada
          1891 dan Verwijk menjadi Gubernur Bandung (1910–12), Snouck-lah yang
          menutup jalan semuanya—para pejabat dan Islamolog, kawan dan lawan.


          SIMPULAN
          Bab ini berfokus pada aktivitas para misionaris di lapangan dan dukungan
          yang  mereka  terima  dari  para  cendekiawan-polemikus  terkemuka,  seperti
          P.J. Veth. Pada banyak peristiwa, mereka melihat sebuah kesempatan untuk
          mengkristenkan pribumi mengingat lemahnya pemahaman dan praktik Islam
          di kalangan pribumi sekaligus menegaskan bahwa orang-orang Jawa tidak bisa
          disebut muslim karena “Islam” mereka jauh dari memadai, berbeda dari Islam
          yang para misionaris pahami dari teks-teks yang diedit para guru di Delft.
          Namun, yang lebih penting, dalam tulisan-tulisan mereka kita bisa melihat
          bukti  tak  langsung  dan  tentunya  tak  dikehendaki  mengenai  keterlibatan
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166