Page 13 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 13

1
                      OTAGEDE asli  merupakan      Kedua, faktor sosial-kependudukan.   yang padat, bangunan keraton sudah
                      kawasan yang memiliki        Secara etnis Kotagede merupakan kota   menjadi makam dan di seki tarnya
              Kkarakteristik sebagai kota          Jawa yang murni. Perhitungan sensus   berdiri rumah-rumah penduduk, dan
               tradisional Jawa. Paling tidak ada   penduduk tahun 1930, terdiri 9.862   pusat kota tidak lagi keraton, karena
               enam faktor pen dukung: Pertama,    jiwa, 99,49% di antaranya adalah    sudah berubah fungsi, melainkan
               faktor sejarah. Kotagede merupakan   orang Jawa, angka pribumi kedua    pasar. Pasar sendiri sebagai pusat
               pusat kerajaan Mataram waktu        di antara semua pusat kota di Jawa   kota sekarang, merupakan salah satu
               didirikan pada 1586. Memang sejak   pada saat itu. Paling tinggi adalah   unsur dari catur tunggal dalam tata
               awal abad 17, Kotagede ditinggalkan   Kedawung di Jawa Barat de ngan    kota Jawa, yakni: keraton, alun-alun,
               oleh para penguasa Mata ram. Sultan   99,60%, lebih tinggi daripada wilayah   masjid, dan pasar sendiri dengan pola
               Agung yang memerintah 1613-1645     lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur   tata peletakan yang tetap.
               lebih banyak bertempat tinggal di   yang merupakan jantung peradaban
               Kerta dan sementara itu membangun   Jawa (Na kamura 1983:5-6). Saat     Di samping itu, di Kotagede masih
               istana di Plered. Amangkurat I yang   tahun 1990-an penduduk Kotagede   terdapat sisa-sisa tembok keliling
               memerintah  1645-1677 tinggal di    berkisar angka 19.000 jiwa, dengan   keraton dan tembok keliling kota
               Plered (van Mook 1972: 23). Tetapi   presentase penduduk pribumi Jawa   yang dapat berfungsi mempermudah
               Kotagede tidak pernah ke hilangan   yang masih tidak jauh berbeda dengan   pengamatan terhadap pola tata
               kewibawaan sebagai pusat tradisi    perhitungan di atas (data Kecamatan   kotanya. Tembok-tembok tersebut,
               Jawa, terutama karena terdapat      Kotagede 1994). Tahun terakhir      dulunya dilengkapi pula dengan parit
               makam pendiri kerajaan Mataram      berpenduduk 32.250 jiwa (2015).     (jagang) di sebalah luarnya. Parit
               yang dihormati oleh keturunannya.   Di samping itu Kotagede meru-       keliling keraton, saat sekarang menjadi
               Terdapat pula peninggalan-          pakan daerah Kejawen yang diartikan   jaringan jalan di kampung-kampung   13
               peninggalan penting lainnya seperti   sebagai daerah yang tidak pernah ada   seputar situs keraton, yang kini dikenal
               altar singgasana raja, makam        penyewaan tanah kepatuhan (apanage)   dengan nama kampung Dalem dan
               Hastarengga, Masjid Agung, kolam    atau tanah kerajaan kepada pengusaha   Kedhaton. Nama kampung Ledhok
               pemandian Seliran, dan sebagainya.  pertanian Eropa (van Mook 1972:9-   menunjukkan bahwa di lokasi tersebut
                                                   10).                                dulu terdapat parit. Sedangkan parit
               Dari sisi ini, Kotagede sesungguhnya                                    keliling kota pada umumnya menjadi
               tidak pernah menjadi pusat          Ketiga, faktor tata kota. Faktor ini   tanah persawahan, terutama di timur
               pemerintahan dalam waktu yang lama.   dapat dikenali dengan melihat denah   kota. Di lokasi Ti nalan, di bekas
               Kotagede tidak pernah menjadi kota   kota yang mempunyai ciri khas,     parit tersebut dibangun kompleks
               birokrat dalam arti sesungguhnya.   yaitu di pusat kota terdapat keraton,   perumahan Sendok Indah yang berasal
               Tetapi justru karena itulah Kotagede   alun-alun, bangunan-bangunan yang   dari kata Basen Ledhok. Di sebelah
               berkembang menjadi kota dagang yang   didirikan secara tradisional dan jalan-  barat terdapat sungai Gadjah Wong,
               bersifat lebih bebas. Karena sifat dasar   jalan yang berpotongan membentuk   yang di samping berfungsi sebagai
               bebas tersebut, gerakan-gerakan Islam   bujur sangkar (Tjandrasasmita   parit perlindungan tepi barat kota,
               modern seperti Muhammadiyah relatif   1975:5-8) serta dapat dilihat pula   juga untuk mengairi parit keliling
               lebih mu dah teradopsi oleh masyarakat   dari toponim permukimannya. Secara   kota.
               setempat.                           umum dapat dikatakan bahwa tata
                                                   kota Kotagede masih mencerminkan    Dari nama-nama kampung yang
                                                   struktur asli pada waktu didirikan.   ada, dapat dilihat bahwa pe mukiman
                                                   Kendatipun banyak yang sudah        penduduk yang padat berada di lingkar
                                                   berubah dari fungsi semula. Alun-alun   keraton, pasar, dan sepanjang jalan
               Sumber: Sahabat Kotagede            sudah berubah menjadi pemukiman     utama. Pada pemukiman tersebut,




                                                          Edisi 4/2017 | matajendela
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18