Page 10 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 10
“... tidak hanya pelibatan warga untuk
berkarnaval atau berpawai, melainkan lebih
kepada penumbuhan budaya literasi supaya
pemahaman warga dari tiap-tiap dukuh/dusun
atau kampung, desa/kelurahan, kecamatan
hingga kabupaten/kota benar-benar matang dan
menemukan identitas kultural masing-masing.”
dalam gerilya melawan VOC di lereng Satu-satunya upaya misalnya dengan Renaisans Budaya Mataram
Sindoro. merekonstruksi jejak historis tiap- Seiring berjalannya Renaisans
10 tiap daerah, mulai dari dukuh atau Yogyakarta, telah berproses pula
6
Dari segi artefak, Ketua Dewan kampung serta desa atau kelurahan Renaisans Budaya Mataram ,
Kebudayaan DIY Dr Djoko Dwiyanto, hingga kecamatan dan kabupaten/ khususnya melalui pengembangan
M. Hum. mengaku kesulitan untuk kota. Kongkretnya, tidak hanya seni tari klasik. Tujuannya, boleh jadi
5
melacak atau melakukan penelitian pelibatan warga untuk berkarnaval untuk menempatkan mana seni yang
secara arkeologis puncak atau tonggak atau berpawai, melainkan lebih bernilai sakral dan mana yang hiburan
karya utama (masterpiece) karya kepada penumbuhan budaya literasi kepada generasi penerus. Misalnya,
para Sultan. Setidaknya hasil karya supaya pemahaman warga dari tiap- mengungkap dan menguraikan
yang diciptakan para raja Keraton tiap dukuh/dusun atau kampung, keprofesionalan sang penari tari
Yogyakarta sebelum 1812, saat desa/kelurahan, kecamatan hingga klasik yang dituntut memenuhi
pecahnya Geger Spehi atau Perang Spoy kabupaten/kota benar-benar matang sejumlah ketentuan dalam berkreasi,
antara Keraton Yogyakarta melawan dan menemukan identitas kultural antara lain cipta, rasa, dan karsa.
Raffles yang mengerahkan pasukan masing-masing. Jika tidak demikian, Dari aspek cipta, penari tari klasik
dari Mangkunegaran, Inggris, apalagi yang bisa diharapkan menjabarkannya dalam dua unsur,
dari keberadaan Yogyakarta yang yaitu wening dan sepi ing pamrih. Dari
menyimpan kekayaan dari masa lalu aspek rasa penjabarannya adalah rasa
Pasalnya, semua harta kekayaan
Keraton Yogyakarta, baik berupa hingga prospeknya di masa-masa jati. Sedangkan dari aspek karsa adalah
pusaka, pustaka, dan lainnya – entah mendatang, mengingat potensi sumber nuhoni darma bekti.
daya alam (SDA) nyaris tiada. Tinggal
senilai berapa rupiah – dirampok mengandalkan pariwisata dan itu pun Dengan demikian, tidak terjadi
Raffles. Satu barang koleksi Keraton menuntut kreativitas penumbuhan, keterputusan rantai sejarah sosio-
Yogyakarta yang ditinggalkan adalah pengembangan, dan penambahan kultural karena senantiasa terjadi
Al Quran mushaf Keraton Yogyakarta. destinasi wisata di wilayah DIY. proses transformasi antargenerasi.