Page 6 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 6

tiggi. Kedua institusi itu (UGM     kini, Malioboro terkooptasi oleh fungsi   bertambah, dan mendapat perhatian
               dan ASRI) saling melengkapi; aspek   ekonomi, dan menjadi ruang pasar   dari para pengamat internasional.
               ilmu pengetahuan dan teknologi      ekonomi semata.
               digali, dicoba, dan dikembangkan di                                     Bertolak dari latar belakang semacam
               utara (kompleks kampus UGM di       Seiring zaman bergerak, poros-      itulah maka, Mata Jendela edisi
               Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta),    poros atau kantung-kantung baru     kali ini berupaya menghadirkan
               sedangkan aspek kesenian (seni      bertumbuhan, dalam bentuk           tema renesans Jogja, meski dalam
               rupa) digali, dicoba, dibentuk, dan   komunitas kreatif, desa budaya,   bentuk serpihan-serpihan pemikiran,
               dikembangkan di selatan (kampus     galeri, rumah seni, dan sejenisnya. Di   analisis, pemaknaan terhadap
               ASRI di Gampingan, Wirobrajan,      wilayah utara terdapat Omah Petroek,   sejumlah ‘peristiwa’ seni dan budaya.
               Yogyakarta). Keduanya menjadi kutub   wilayah selatan terdapat Rumah Seni   Setidaknya, sejumlah esai dalam edisi
               yang menarik dan memiliki daya pikat   Cemeti, Ark Gallery, Langgeng Art   kali ini dapat dilanjutkan menjadi
               masing-masing; antara kedisiplinan   Foundation, N-Workshop, Sangkring   diskusi yang lebih produktif dalam
               dan keketatan ilmu pengetahuan      Art Space, Desa Budaya Nitiprayan,   kerangka produksi pengetahuan.
               dan teknologi, dengan kebebasan     Sarang Building, Kersan Art Studio,
               berekspresi serta semangat menerobos   Museum dan Tanah Liat, Padepokan   Dunia kesenian, dunia seni rupa, di
               konvensi dalam berkarya seni.       Seni Bagong Kussudiardja (PSBK),    Yogyakarta – peristiwa, seniman, dan
               Keduanya melahirkan jenis dan bentuk   NalaRupa, Gaeri R.J. Katamsi, Galeri   karya-karyanya – mampu mengangkat
               ‘pengetahuan’ masing-masing.        Fadjar Sidik, Rumah Budaya Tembi,   derajat dan eksistensi Yogyakarta dalam
                                                   kemudian melebar ke timur terdapat   panggung seni rupa internasional.
               UGM (kini memiliki 18 fakultas, satu   Black Goat Studio, di sisi selatan-  Melihat realitas semacam itu, yang
        6      Sekolah Pascasarjana [S2, S3], dan   barat terdapat Studio Kalahan dan   tampak mendesak adalah keberpihakan

               satu Sekolah Vokasi) dan ASRI (sejak   Studio Banjar Mili, dan lain-lain yang   banyak pihak, terutama negara melalui
               1984 menjadi Fakultas Seni Rupa,    bertumbuhan di kemudian hari.       pemerintah, dalam bentuk dukungan
               bagian penting dari  ISI Yogyakarta,                                    fasilitas dan jaringan. Seperti sudah
               berkampus di Sewon, Bantul,         Pertemuan antardisiplin terus terjadi   disebutkan pada bagian awal catatan
               Yogyakarta) merupakan penyeimbang   di manapun, berlintasan saling      ini, aparatus pemerintah dari segala
               terhadap keketatan tradisi Kraton   mengisi dan memaknai. Kantung-      level, berkewajiban secara moral untuk
               Ngayogyakarta Hadiningrat yang      kantung dan komunitas kesenian itu   mengorganisasi, memfasilitasi, dan
               sudah jauh teruji oleh zaman. Pada   bertemu dengan berbagai peristiwa   meluaskan jaringan, sesuai otoritasnya.
               suatu fase tertentu, kurun waktu    kesenian seperti Jogja Biennale, Art   Sejauh ini warga sudah berdaya
               1970 hingga 1980an awal, kedua      Jog, Festival Kesenian Yogyakarta,   dalam krida, pemikiran, penciptaan,
               kutub – kampus UGM sering disebut   Jogja Gamelan Festival International,   kreativitas, penyelenggaraan ilmu
               sebagai ‘poros Bulaksumur’,  dan    Asia Tree, Jogja-Netpac Asian Film   pengetahuan, sains, seni dan budaya.
               kampus ASRI dikenal sebagai ‘poros   Festival, Jogja Carnival, Bedog Art   Yang justru sering kosong (setidaknya
               Gampingan’ – bertemu, berinteraksi,   Festival, dan festival-festival lainnya   lamban) adalah peran negara melalui
               dan saling menyapa pada ruang bebas   yang bermunculan kemudian.        aparatusnya untuk secara responsif
               di sepanjang Malioboro (sering disebut   Peluang menciptakan pemikiran dan   menjadi bagian sebagai penyangga
               sebagai ‘poros Malioboro’), yang    penciptaan karya seni “baru” terbuka   bersama pemangku kepentingan
               menjadi ‘institusi budaya’ terbuka   secara luas. Pelaku dan pekerja seni   lainnya.
               dan dapat diakses oleh siapa saja yang   (seni rupa) Yogyakarta yang terlibat di
               berminat, dari segala penjuru, kapan   berbagai peristiwa seni rupa nasional,   Suwarno Wisetrotomo
               saja, dan dari mana saja. Akan tetapi   regional, dan internasional terus   Anggota Redaksi Mata Jendela
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11