Page 20 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 20
humaninora digital, mulai babak baru. Tak hanya pada yang akrab dipanggil Jenong,
dorongan terhadap kerja kehidupan demokrasi, melainkan juga mempresentasikan kerja
kolaboratif, diversifikasi arsip pada praktik seninya. Maka tidak sulit kesenimanan yaitu FX Harsono
dan penelitian, serta lokalisasi bagi kita untuk menemukan euforia dan Tisna Sanjaya. Menurutnya,
gerakan humaniora digital. Apa pada visi politik dan sosial. Dalam kedua seniman senior ini
yang disampaikan Co-curator konteks ini, seminar di hari terakhir kerap bersinggungan dengan
TEDx Jakarta ini lebih banyak mengetengahkan kaitan antara narasi kritis mengenai sosial
merupakan pengantar menuju estetika dan politik. Sesi ini kemudian dan politik. Berkarir sejak era
logika pengumpulan data-data dilanjutkan dengan menyoal seni dan Orde Baru yang represif hingga
humaniora melalui medium digital aktivisme. pascareformasi, memperlihatkan
yang bersifat visual dan intangible. bagaimana presentasi karya
Politik yang Estetis, Estetika mereka bergerak cukup dinamis
Irham Nur Anshari melanjutkan yang Politis dalam upaya resistensi terhadap
sesi ini dengan menunjukan David Pavon Cuellar didampingi represi penguasa. Temuan data
bagaimana sosial media menjadi St. Sunardi sebagai penanggap ini membangun argumen tentang
salah satu medium arsip digital, mengisi sesi pertama yang bersari sejauh apa seni bergerak dalam
yang bisa dikategorikan sebagai “Politik Estetika, Estetika Politik”, upaya aktivisme, terlebih dalam
bentuk humaniora digital. Ia dengan mempresentasikan paper persinggungan mereka dengan
menunjukkan fitur archive di berjudul “Esthetics, politics and penguasa. Kurang lebih juga
Instagram. Fitur password adalah revolution: from the religious to demikian yang disampaikan oleh
kunci pertama menuju identitas the artistic imagination of another Aaron Seeto, Direktur Museum
sosial media, sekaligus kunci
20 world”. Profesor Marxisme, MACAN (Museum of Modern
kuasa dalam mengelola akun Psikologi Sosial dan Psikoanalisis and Contemporary Art in
dirinya. Elemen berikutnya adalah di Universitas Negeri Michoacan Nusantara).
username dan profile picture. itu menunjukkan bahwa seni pada
Bagian ini membebaskan orang dasarnya adalah gerakan politis. Seluruh rangkaian seminar selama
mengkonstruksikan diri melalui Dalam kaca mata marxisme dan tiga hari di atas menunjukkan kepada
identitas yang ditampilkan dalam psikoanalisis, ia mengungkapkan kita bahwa arsip menjadi bagian
akunnya.
bahwa seni dan politik adalah penting dalam lini kehidupan kita.
kesatuan yang inheren. Sesi yang Namun kerapkali kita menganggap
Rangkaian fitur tersebut disampaikan dalam Bahasa Inggris bahwa arsip berada satu tangga di atas
mengindikasikan bahwa praktik ini menjadi catatan menarik dan sampah. Wacana-wacana dalam arsip
“pengarsipan” adalah upaya memantik tanggapan peserta dan persinggungannya ini sengaja
konstruksi identitas diri, menyaring diskusi. Terutama tanggapan dihadirkan sebagai upaya untuk
pada siapa dirinya ditunjukkan, tentang relevansi seni yang memberikan edukasi kepada publik
dan mengkonstruksi identitas yang apolitis, serta posisi seni dan tentang kehidupan arsip. Rangkaian
terarsip secara cair dan temporer. pergerakan (baca: aktivisme). Festival Arsip 2017 kemudian
Sosial media sebagai salah satu berlanjut hingga tanggal 1 Oktober
penyumbang arsip menjadi sangat
kompleks karena identitas personal Seni dan Aktivisme Indonesia 2017 di Pusat Kebudayaan Koesnadi
di dalamnya berpotensi bias. Pasca 1998 Hardjosoemantri (PKKH) UGM.
Agung Hujatnika, dan Aaron Inilah Festival Arsip pertama yang
Seeto melanjutkan sesi terkahir merayakan dan menghidup-hidupi
Membaca Ulang Gagasan Seni dan
Politik dengan membicarakan seni dan arsip sebagai makhluk hidup, bukan
Pasca Reformasi, Indonesia memasuki aktivisme. Agung Hujatnika sebagai pameran artefak mati.