Page 24 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 24
24 Pemberadaban Dunia”. Ini sebuah sebuah pertukaran kebudayaan.
tema yang menantang tidak saja bagi Secara evolutif ini memberi Kuss Indarto sebagai kurator dari Special
Exhibition of Indonesia di BIAB 2017,
seniman China sendiri, namun juga sumbangan besar bagi gejala akulturasi tampak sedang memberi keterangan
bagi para perupa dari luar China— atau percampuran kebudayaan kepada jurnalis sebuah channel televisi
China.
termasuk seniman Indonesia. antarkawasan di berbagai negara yang
dilalui oleh “Silk Road” tersebut. Para seniman dan kurator Indonesia di
depan gedung NAMoC, Beijing, China,
Membaca Kembali Jalan Sutera sebelum pembukaan BIAB (Beijing
Kalau membuka kembali lembar- “Silk Road” sebagai tema sentral International Art Biennale) 2017.
th
lembar sejarah, kita akan disadarkan perhelatan BIAB 7 2017 ini, Sumber: dokumentasi penulis
tentang “Silk Road” sebagai sebuah bagi seniman Indonesia, tidak bisa
terobosan ekonomi yang berdampak diterjemahkan secara mentah atau
besar pada aspek sosial, politik, ekstrem sebagai sebuah perjalanan
budaya, dan sebagainya. Dampak itu perdagangan atau kebudayaan seperti
terasakan di China sendiri dan negara- yang telah terpapar lengkap dalam
jarak. Dikatakan ini sebagai problem
negara yang jadi mitra hubungan buku-buku sejarah dunia. Tema
momentum karena “Silk Road” telah
dagang tersebut, seperti di kawasan tersebut menjadi sumber pengetahuan
terjadi jauh pada ratusan atau ribuan
Asia Tengah, negara-negara Arab, yang baik bagi kebanyakan seniman
Eropa Timur, hingga Eropa Barat, Indonesia, terutama yang terlibat tahun yang lalu, sehingga kini tinggal
dan lainnya. “Silk Road” yang diawali secara langsung dalam perhelatan menjadi catatan sejarah. Dan ada problem
jarak karena peristiwa “Silk Road” berada
sekitar abad ke-2 Masehi hingga penting berlevel dunia, Beijing
jauh dari Indonesia secara geografis.
berlanjut sekitar abad 16 Masehi tidak International Art Biennale. Tentu saja Sehingga yang bisa diserap oleh orang
bisa dipahami sekadar sebagai praktik tak mungkin dipahami secara mentah
atau seniman Indonesia adalah spirit dan
perdagangan semata, namun sebagai karena problem momentum dan
nuansa tentang “Silk Road”.