Page 29 - EBOOK_Renasans Jogja
P. 29
diperkenalkan dengan banyak hal, di candi Borobudur yang khas, orisinal 29
antaranya bunga mawar dan buah leci. Indonesia. Borobudur merupakan Chusin Setiadikara, Trace Back, 200 x 300
cm, cat minyak di atas kanvas. - 溯源
Secara tersirat, objek tersebut muncul warisan budaya yang dibuat pada abad
dalam karya Mangu. 8-11 Masehi, dan bernilai tinggi. Bisa Yince Djuwidja, Unity in Diversity, acrylic
on canvas, 250 x 140 cm, 2016
jadi, ini adalah hasil dari perluasan
Sementara bagi Nasirun, akulturasi “proyek Silk Road” dalam pengertian Sumber: dokumentasi penulis
kebudayaan telah terjadi lewat praktik yang lebih luas dari aslinya. Indonesia
“Silk Road” yang berlangsung lama, akan sangat kehilangan bila candi
selama berabad-abad. Akulturasi itu Buddha terbesar di dunia ini lenyap
antara lain mengayakan kebudayaan atau rusak. Inilah bayangan ketakutan
Nusantara atau Indonesia dengan Nuarta atas Borobudur. Maka candi
masuknya buddhisme, hindhuisme, itu dibuat seperti melayang, seolah ornamen itulah Cina dan Indonesia
bahkan islam, dan kristiani. Nusantara dibayangkan akan menguap bila tidak terhubungkan.
mewarisi kekayaan alam dan hasil dirawat. Inilah kekhawatiran sekaligus
akulturasi, antara lain lewat “Silk apresiasi Nuarta pada Borobudur. Ugy Sugiarto, temanya memberi
Road”. Bagi Nasirun, tema “Silk semangat hubungan antarpersonal
Road” sangat menarik dan ini akan Sementara seniman Sigit Santosa pada banyak manusia di
memberi warna lain pada biennale banyak menyoal tentang tubuh berbagai bangsa. Dua lukisannya
Beijing sebagai salah satu kekuatan manusia yang menjadi representasi atas membincangkan soal kekuatan cinta
biennale dunia. tubuh sosial, atau tubuh budaya yang yang diduga bisa membuat “Silk Road”
ringkih namun juga fleksibel. Ada pula itu terjadi. Idiom-idiom visual tentang
Pada sisi yang lain, seniman senior sedikit ornamen dalam karyanya yang China secara tersamar muncul dalam
Nyoman Nuarta menggagas tentang mengisyaratkan bahwa pada dunia karya Ugy untuk mengatasi visualisasi
Edisi 4/2017 | matajendela