Page 188 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 188

SEMINAR NASIONAL 2017
               Malang 10 April 2017

                  HAYLASE LIMBAH BAGAS TEBU DAN KOTORAN AYAM MENGGUNAKAN
                    STARTER MULTIBAKTERI UNTUK PENURUNAN KANDUNGAN SERAT
                                           KASAR, ADF, DAN SELULOSA

                                                       Usman Ali

                           Dosen  Fakultas Peternakan, UNISMA, Jl. MT. Hariono 193 Malang 65144

                                 Korespondensi Penulis: Usman Ali, usmanchalim@gmail.com


                                                         Abstrak

               Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat penambahan starter multibakteri pada haylase
               bagas  tebu  dan  dry  poultry  waste  (DPW) terhadap  kandungan  serat  kasar  (%SK),  Asam  Detergent
               Fiber (%ADF) dan %selulosa. Materi yang digunakan adalah starter nultibakteri, bagas tebu, DPW,
               molases dan air bersih. Metode penelitian percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
               dengan  perlakuan  4  dosis  penambahan  starter  multibakteri  dalam  haylase  limbah  diulang  3  kali.
               Perlakuan disusun sebagai P0: Haylase tanpa starter multibakteri , P1: haylase + 0,5 ml / 500g, P2:
               Haylase + 1 ml/500 g dan P3: Haylase + 1,5 ml/ 500g bahan limbah BTDPW. Variabel yang diamati
               kandungan SK, ADF  dan selulosa. Kemudian data dianalisis ragam dan diuji BNT. Hasil penelitian
               menunjukkan  bahwa  dosis  pernambahan  starter  multi  bakteri  pada  haylase  bagas  tebu  dan  kotoran
               ayam  kering  berpengaruh  sangat  signifikan  (P<0,01)  terhadap  kandungan  serat  kasar,  ADF  dan
               selulosa  Rataan kandungan SK, P0= 42,71%, P1= 41,06%, P2= 37,92% dan P3= 35,43%, kandungan
                                                                ab
                                       b
                                                                             a
                                                   a
               ADF (%) pada P0= 53,140 , P1= 47,463 , P2 = 45,663 , P3 = 43,196 .  rata kandungan selulosa, P0=
                                  ab
                    a
                                                               b
                                                ab
               43,34   ;  P1=  38,18   ;  P2=  36,02   ;  P3=  34,30 .  Kesimpulan  penelitian  bahwa  dosis  starter
               multibakteri dalam haylase limbah bagas tebu dapat menurunkan kandungan SK, ADF dan selulosa.
               Penggunaan starter multibakteri dosis 1,5 ml/500 g limbah organik optimal menurunkan kandungan
               SK sebesar 17%, ADF 18,72% dan selulosa 20,86% dari kondisi limbah sebelum difermentasi menjadi
               haylase sebagai pakan dasar ternak ruminansia.

               Kata kunci : haylase, starter multibakteri, bagas tebu, kotoran ayam kering.



               1.  Pendahuluan
                      Penggunaan pakan hijauan seperti rumput dan jerami dalam pakan ternak ruminansia
               cukup besar proporsinya mencapai 55-65% dalam bentuk bahan kering karena bahan pakan
               ini  sebagai  pakan  dasar  dan  kekurangannya  dapat  dicukupi  dari  bahan  pakan  konsentrat.
               Alternatif  untuk  mencukupi  kebutuhan  hijauan  pakan  dengan  stok  dan  kualitas  baik  dan
               bergizi  dapat  menggunakan  limbah  bagas  tebu  yang  dikombinasikan  kotoran  ayam  kering
               yang difermentasi menggunakan metode haylase sebelum diberikan pada ternak ruminansia
               seperti kambing, domba, sapi dan kerbau.
                      Tebu  merupakan  salah  satu  komoditas  pertanian  strategis  yang  memiliki  banyak
               manfaat, limbah olahannya digunakan sebagai bahan pakan ternak. Dalam industri gula tebu
               dihasilkan  limbah  bagas  35  –  40%  dari  berat  tebu  yang  digiling  (Indriani  dan  Sumiarsih,
               1992), sedangkan Suparjo (2008) menyatakan bahwa prosentase bagas tebu berkisar 24-36%
               dari total bagian tebu sehingga ketersediaan bagas tebu pada tahun 2011 adalah 87.909,282
               ton. Namun sayangnya limbah bagas tebu kurang optimal digunakan peternak  sebagai pakan
               dan  dibuang  begitu  saja  sehingga  mengurangi  estetika  lingkungan  dan  dianggap  memiliki
               nilai ekonomis rendah, kandungan serat kasar tinggi dan kurang palatabel. Menurut Alvino
               (2012) bagas tebu memiliki kandungan lignin 24% dan kadar protein kasar 2,8% sehingga


                              “Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”     177
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193