Page 190 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 190
SEMINAR NASIONAL 2017
Malang 10 April 2017
Tabe 1. Kandungan SK, ADF dan Selulosa dalam produk fermentasi bagas tebu
Variabel diamati Perlakuan
Po P1 P2 P3
a
b
ab
b
% SK 42.71 41.06 37.92 35.43
% ADF 48,23 46,47 44,65 42,88
a
b
a
ab
a
ab
a
b
% Selulosa 43,34 38,18 36,02 34,30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat dosis penggunaan starter
multibakteri dalam fermentasi haylase limbah bagas tebu signifikan dapat menurunkan
kandungan serat kasar, ADF dan selulosa. Hal ini disebabkan degradasi serat kasar oleh
enzim multibakteri sehingga kandungan serat kasar, ADF dan Selulosa menurun (Komar,
1984). Hasil percobaan menghasilkan penurunan kandungan SK sebesar 17,05%, sedangkan
pada ADF sebesar 11,09% dan pada selulosa sebesar 20,85%, Data ini menunjukkan bahwa
penurunan kandungan nutrisi tertinggi terdapat pada kandungan selulosa, hal ini menunjukkan
bahwa bakteri yang dominan berperan aktif dalam degradasi serat adalah bakteri selulolitik.
Serat kasar merupakan bagian karbohidrat yang sulit dicerna baik secara enzimatis
tubuh dan mikrobial dan mengandung beberapa komponen hemiselulosa dan lignoselulosa.
Kemudian hemiselulosa bersama selulosa membentuk jaringan tanaman yang membentuk
suatu struktur yang kuat pada bagian daun, akar dan kayu tanaman. Apalagi hemiselulosa
tidak dapat larut dalam air mendidih tetapi larut dalam garam alkali dan asam kuat encer
(Tillman dkk, 1998). Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan
kandungan SK, DF dan selulosa tertinggi adalah pada kontrol tanpa penggunaan starter
multibakteri masing-masing sebesar 42.71 % ; 48,23 % dan 43,34 % yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) dengan perlakuan lainnya, sedangkan kandungan SK, ADF dan selulosa
produk haylase limbah bagas tebu terendah diperoleh pada perlakuan P3 yaitu sebesar
35,43%; 42,88% dan 34,30. Bagian dinding sel tanaman disebut NDF sebagai bagian serat
kasar yang tidak larut dalam detergen netral dan terbagi menjadi ADS (hemiselula) dan
bagian ADF yang terdiri dari senyawa komplek lignoselulosa. Selulosa merupakan komponen
utama penyusun dinding sel tanaman yang berikatan dengan bahan lain yaitu lignin dan
hemiselulosa (Usman, Soebarinoto and Chuzaemi,2014). Menurut Van Soest (1982) ADF
merupakan nutrisi pakan yang tidak larut dalam detergen asam yang terdiri dari selulosa,
lignin dan silika. Komponen ADF yang mudah dicerna adalah sellulosa, sedangkan lignin
sulit dicerna karena memiliki ikatan rangkap yang kuat, jika kandungan lignin dalam bahan
pakan tinggi maka koefisien cerna pakan tersebut menjadi rendah.
Dalam proses fermentasi pakan seperti haylase membutuhkan peran bakteri
sellulolitik. Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan
senyawa komplek selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber
karbon dan sumber energi bagi tubuh (Hardjo dkk., 1994). Pemanfaatan starter multibakteri
termasuk di dalamnya ada bakteri sellulolitik dalam fermentasi limbah bertujuan untuk
menghidrolisis selulosa. Selanjutnya Meryandini (2009) menyatakan bahwa setiap bakteri
sellulolitik menghasilkan senyawa sederhana berbeda, tergantung gen yang dimiliki dan
sumber karbon yang digunakan. Semakin banyak pemberian starter semakin banyak jumlah
bakteri sellulolitik. Hal ini mengakibatkan perombakan selulosa semakin besar sehingga
menurunkan kandungan selulosa dalam bahan.
4. Kesimpulan
Disimpukan bahwa penggunaan starter multibakteri dalam fermentasi haylase limbah
bagas tebu dapat menurunkan kandungan serat kasar, ADF dan selulosa. Dosis optimal
“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” 179