Page 189 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 189
SEMINAR NASIONAL 2017
Malang 10 April 2017
menyebabkan kecernaan bagas tebu rendah. Dalam upaya peningkatan nilai kecernaan pakan
dari limbah organik dapat dilakukan dengan biofermentasi metode haylase menggunakan
starter multibakteri untuk mendegrasi serat kasar, ADF dan selulosa pada bagas tebu.
Fermentasi adalah proses pengolahan bahan pakan dengan bantuan mikroba yang
mampu memecah senyawa komplek menjadi bentuk lebih sederhana, misalnya selulosa dan
hemiselulosa menjadi glukosa (Winarno dkk, 1980). Bahan yang mengalami fermentasi
biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari asalnya, disebabkan oleh mikroba yang
memecah senyawa komplek menjadi komponen sederhana sehingga mudah dicerna. Selain itu
fermentasi dapat meningkatkan protein kasar dari sel mikroba atau suplemen urea, serta
palatabilitas bertambah karena menghasilkan bau harum dan menghilangkan racun (Arora,
1983). Oleh karena itu perlu penelitian bioteknologi fermentasi untuk meningkatkan kualitas
limbah bagas tebu untuk menunjang ketersediaan bahan pakan pengganti hijauan bagi ternak
ruminansia.
2. Metode Penelitian
Materi penelitian meliputi limbah organik bagas tebu dan dry poultry waste
(DPW), starter multibakteri, molases dan air bersih. Metode penelitian percobaan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 per-lakuan dan 3 ulangan,
sehingga diperoleh 12 unit percobaan yang ditempatkan secara acak. Perlakuan penelitian
adalah dosis penggunaan starter multibakteri dalam fermentasi campuran bagas tebu dan
DPW perbandingan 60 % : 40%. Susunan percobaan meliputi P0: Tanpa starter fermentasi,
P1: Penambahan starter fermentasi 0,5 ml/ 500 g bahan, P2: Penambahan starter fermentasi 1
ml/500 g bahan, P: Penambahan starter fermentasi 1,5 ml/500 g bahan. Variabel yang diamati
kandungan Serat Kasar (%SK), %ADF dan % Selulosa.
Prosedur penelitian menyiapkan poly bag ukuran 17,5x35 cm, bak plastik, bagas yang
sudah tercacah dan dikeringkan dan DPW. Menimbang campuran 500 g bagas dan kotoran
ayam kering yang sudah dicacah dan dikeringkan (60% : 40%) dicampur secara homogen.
Menyiapkan starter fermentasi sesuai perlakuan dan dilarutkan ke dalam 265,2 ml air untuk
mencapai kadar air 40 % dari BK bahan 91,8 %. Kemudian 265,2 ml air yang sudah
tercampur starter fermentasi ditaburi garam dapur 4 g dan tetes 3 g, kemudian bagas tebu dan
DPW ditambahkan starter fermentasi dengan dosis 0, 0,5, 1, 1,5 ml ke dalam 500 g bahan
limbah dan diulang 3 kali. Kemudian campuran bagas dan DPW dimasukkan ke dalam
polybag lalu ditutup dan diikat rapat, dengan kadar air mencapai 40 % (Anonimus, 2014).
Proses fermentasi dibutuhkan waktu 8-21 hari, diinkubasi dan dipanen pada hari ke 14. Bahan
dipanen, kemudian bahan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60-70 °C sampai bahan bisa
digiling dan ditentukan kadar BK udaranya (% BK1). Kemudian digiling menjadi bentuk
yang lebih halus dan diambil sampel untuk selanjutnya dianalisa kandungan nutriennya.
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA).
Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata, maka
dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
(Steel and Torrie, 1992).
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosin penggunaan starter multibakteri dalam
haylase limbah bagas dan DPW berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan SK.
ADF dan selulosa. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” 178