Page 204 - EBOOK_Persiapan Generasi Muda Pertanian Pedesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia
P. 204
SEMINAR NASIONAL 2017
Malang 10 April 2017
Sinkronisasi berahi adalah manipulasi proses reproduksi sehingga ternak berahi dalam
rentang waktu yang sama (Putri, 2012). Sinkronisasi berahi dapat dilakukan menggunakan
hormon reproduksi, salah satunya adalah dengan spons hormon progesteron yang di implan
ke dalam vagina. Implantasi spons yang mengandung hormon progesteron ke dalam vagina
memerlukan waktu 14 hari. Spons yang mengandung hormon progesteron ke implan selama
14 hari di dalam vagina (Toelihere, 1981). Penggunaan hormon MPA dalam spons vagina
memiliki cara kerja menahan sekresi dari hormon FSH (follicle stimulating hormone)
sehingga setelah spons vagina dicabut maka akan terjadi mekanisme umpan balik negatif.
Ternak akan memasuki fase proestrus setelah spon vagina dicabut, pada fase ini terjadi sekresi
hormon gonadotropin yaitu FSH dalam jumlah banyak sehingga mampu mempercepat proses
folikulogenesis. Folikel yang telah matang akan merangsang sekresi hormon estrogen yang
akan memacu terjadinya berahi (Rizal, 2005). Penggunaan kadar hormon progesteron yang
tepat akan menghasilkan kualitas tampilan berahi yang optimum, selain itu akan
mengefisiensikan penggunaan hormon progesteron.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar hormon progesteron yang
akan digunakan dalam sinkronisasi berahi setelah dilakukannya flushing pakan. Manfaat yang
akan diperoleh yaitu menambah efektifitas kerja peternak dan Inseminator dan mengurangi
biaya pembelian hormon progesteron sintetik karena telah menggunakan kadar yang tepat.
2. Tinjauan Pustaka
Sinkronisasi Menggunakan Hormon Progesteron
Sinkronisasi berahi merupakan upaya penyerentakan berahi dalam waktu relatif sama
sekitar 2-3 hari (Sudarmono dan Bambang, 2008). Hormon yang sering digunakan dalam
sinkronisasi berahi salah satunya adalah hormon progesteron. Fungsi dari hormon progesteron
adalah mengatur siklus berahi dengan cara umpan balik negatif (Tambing dkk., 2011).
Progesteron yang tinggi dalam tubuh ternak akan menekan pelepasan FSH dan LH dari
kelenjar hipofisa anterior menyebabkan pertumbuhan folikel terhambat, dan berkurangnya
progesteron setelah pencabutan spons merangsang terjadinya sekresi hormon FSH untuk
pembentukan folikel de Graaf dan memicu terjadinya ovulasi (Nurfitriani dkk., 2015).
Progesteron di dalam tubuh domba masih dapat menghambat sekresi hormon FSH, setelah 8-
10 menit setelah pencabutan spons barulah FSH dapat disekresikan untuk memicu
perkembangan folikel primer menjadi folikel de Graaf dan menghasilkan hormon estrogen
yang menyebabkan ciri-ciri berahi (Partodihardjo, 1987).
Tampilan Vulva Saat Estrus
Ciri-ciri ternak estrus antara lain warna vulva merah, hangat, bengkak dan
mengeluarkan lendir (Nurfitriani dkk., 2015). Hormon estrogen akan memunculkan tanda-
tanda berahi semakin jelas saat kadar dalam darah semakin tinggi (Henrick dan Torrence,
1997). Estrogen mencapai puncaknya pada saat folikel de Graaf pada ukuran optimum.
Perubahan warna vulva disebabkan karena tingginya kadar estrogen dalam darah yang
menyebabkan penebalan dinding vagina dan vaskularisasi sehingga alat kelamin bagian luar
mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan, selain itu tingginya kadar estrogen di
dalam darah menyebabkan jaringan pembuluh darah bertambah dan pada saat yang sama
hormon estrogen meningkatkan aliran darah yang menyebabkan vulva semakin hangat
(Nurfitriani dkk., 2015). Puncak berahi ditandai dengan tingginya intensitas tanda tanda
berahi (Partodiharjo, 1992). Konsentrasi estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan
aliran darah ke organ genital yaitu servik, vagina dan vulva sehingga menghasilkan mukus
oleh servik dan vagina, pada vulva terjadi kebengkakan dan perubahan warna merah akibat
banyaknya aliran darah ke vulva (Ramli, 2016).
“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” 193