Page 100 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 100
80 | Modal Sosial Petani dalam Peratanian
keberadaan unsur hara dan air tanpa pemanfaatan input buatan.
Input buatan dalam hal ini adalah segala sesuatu yang sebenarnya
sudah disediakan oleh alam tetapi diolah kembali di laboratorium,
seperti pupuk buatan, bibit unggul, pestisida dan lain-lain. Dalam
banyak kasus, sistem pertanian mereka kini (atau pada masa lalu)
merupakan bentuk-bentuk pertanian ekologis yang lebih canggih
dan tepat bagi kondisi-kondisi lingkungan yang khusus. Evaluasi
teknik dan sistem pertanian lokal setempat menunjukkan pilihan-
pilihan yang semakin kompleks. Kekuatan utama sistem pertanian
terletak pada integrasi fungsional dari beranekaragam sumber daya
dan teknik pertanian. Dengan mengintegrasikan beragam fungsi
pemanfaatan lahan (misalnya memproduksi bahan pangan, kayu dan
lain sebagainya; mengkonservasi tanah dan air, melindungi tanaman,
mempertahankan kesuburan tanah) serta pemanfaatan beragam
komponen biologis yang ada (ternak besar dan ternak kecil, tanaman
pangan, hijauan makanan ternak, padang rumput alami yang luas,
pohon, rempah-rempah, pupuk hijau dan lain sebagainya), stabilitas
dan produktivitas sistem usaha tani sebagai suatu keseluruhan bisa
ditingkatkan dan basis sumber daya alam bisa dikonservasikan
dengan baik (Reijntjes, Haverkort, Waters-Bayer, 2006; 20).
Pengetahuan lokal setempat merupakan sumber informasi-
informasi penting tentang sistem pertanian setempat (termasuk
praktek tradisional yang tidak terpakai lagi seperti ritual-ritual
budaya dan kepercayaan), pengalaman, institusi, budaya dan
sebagainya. Di atas itu semua, pengetahuan dan kemampuan
keterampilan petani dalam menyesuaikan gagasan baru dengan
kondisi dan kebutuhan setempat merupakan dasar perubahan dalam
perkembangan masyarakat tani. Namun saat ini, banyak
pengetahuan lokal petani yang telah diwariskan secara turun-
temurun sudah hilang atau ditinggalkan. Benih padi lokal, misalnya
Mentik, Gandamana, Rajalele, Pandan Wangi dan sebagainya,
sekarang sudah sangat langka karena digusur oleh padi varietas
unggul. Acara selamatan atau pesta di akhir panen padi juga sudah
ditinggalkan petani. Perhitungan pranata mangsa untuk menentukan
waktu dimulainya bercocok tanam dan saat panen yang tepat sudah
tidak digunakan lagi oleh masyarakat petani sekarang (Salikhin,
2003; 43).
Amiruddin Ketaren| Bab IV : 57-106