Page 146 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 146
126 | Modal Sosial Petani dalam Peratanian
Distribusi benih juga menjadi perhatian dari pemerintah
Bantul, khususnya Dinas Pertanian dan Kehutanan serta Badan
Ketahanan Pangan. Menurut Nurhadi (2010; 86-89), Jaringan
perbenihan komoditas tanaman padi di Kabupaten Bantul sudah
berkembang dengan pesat, kondisi tersebut didukung dengan
adanya BBP Bantul Seed Center (BSC) yang terletak di Dusun
Barongan, Desa Sumberagung, Kabupaten Bantul. Selain itu
beberapa varietas padi yang telah dilakukan sertifikasi di
Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi dan
telah memenuhi syarat mutu sebagai benih sebar (BS) antara lain;
Ciherang, Cobogo, Cigelius, Situ Bagendit, Situ Patenggang, Pepe,
Sarinah, IR 64, Gilirang, Sintanur, Rojolele, Makongga, Code, Angke,
Logawa, Batu tegi, Mira I, Widas, Ciliwung dan Konawe.
Sarana dan prasarana fisik yang ada di BBP Bantul Seed Center
(BSC) Barongan sudah cukup memadai untuk produsen benih.
Kebutuhan benih padi di Kabupaten Bantul yang kurang lebih 1.000
ton/tahun hanya dapat dipenuhi oleh BBP BSC di Barongan sekitar
20% saja, sedangkan 80% di penuhi oleh Shang Yang Seri, BP Kerja
dan PT. Pertani. Sedangkan produsen binaan benih padi yang
dilakukan oleh BBP Bantul Seed Center antara lain:
1. Sedoyo Makmur, yang beralamat di Polaman, Argorejo, Bantul
2. Tunas, yang beralamat di Kauman, Gilangharjo, Pandak, Bantul.
3. Tani Maju yang beralamat di Timbulharjo, Sewon Bantul
Selain produsen benih binaan dari BBP BSC di Barongan,
terdapat juga beberapa kelompok tani penangkar yang tersebar di
wilayah Kabupaten Bantul dengan varietas tertentu yang ditanam.
Varietas yang ditangkarkan adalah jenis padi yang sangat diminati
oleh petani. Penangkaran ini telah dilengkapi dengan sertifikasi yang
diberikan oleh BBP BSC Barongan. Dengan demikian, petani tidak
perlu jauh-jauh untuk membeli benih varietas unggul yang dijual di
ibukota kabupaten, sehingga penghematan, waktu dan tenaga
terjadi. Perbedaan harga pun tidak terjadi dengan yang dijual di
kota.
Amiruddin Ketaren| Bab V : 107-134