Page 150 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 150
130 | Modal Sosial Petani dalam Peratanian
Meskipun tingkat konsumsi energi pada rumah tangga
mengalami peningkatan, tetapi rata-rata asupan gizi tersebut masih
berada di bawah tingkat konsumsi yang direkomendasikan dalam
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII Tahun 2004,
yaitu baru mencapai 73,04% pada tahun 2000 dan 73,16% pada
tahun 2002 dari yang direkomendasikan (2200 Kkal/kap/hari). Data
ini seperti disajikan pada Tabel 5.32. Namun demikian tingkat
kecukupan energi protein telah melebihi angka kecukupan (lebih
dari 100%) berdasarkan angka kecukupan gizi.
Tabel 5.32.
Perkembangan Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein Per
Kapita Per hari di Kabupaten Bantul Tahun 2000 dan 2002.
Konsumsi energi Konsumsi Protein
(kkal/kap/hari) (kkal/kap/hari)
2000 2002 2000 2002
1607 1609,61 48,2 46,2
(73,04)* (73,16)* (96,4)* (92,4)*
Sumber : Nurhadi, 2010.
Keterangan : *Angka dibawah adalah perbandingan antara rata-rata
konsumsi kalori dengan AKG sebesar 2200 Kkal/kap/ hari
dan angka kecukupan protein sebesar 50gr/kap/hari.
4 . D u k u n g a n P e r t a n i a n O r g a n i k T e r h a d a p
K e t a h a n a n P a n g a n D a e r a h
Indonesia memiliki komitmen tinggi terhadap pembangunan
ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan
nasional. Komitmen tersebut dituangkan dalam UU Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan. Undang-undang tersebut mengamanatkan
agar pemerintah bersama masyarakat mewujudkan ketahanan
pangan bagi seluruh rakyat. Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun
1996 (Pasal 1 ayat 1) menyatakan bahwa pengertian pangan adalah:
”Segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan dan
bahan baku lain yang digunakan dalam
Amiruddin Ketaren| Bab V : 107-134