Page 79 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 79
Pemanfaatan Modal | 59
terhadap kekeringan dan serangan hama. Dengan kata lain,
produktivitas dan kestabilan sistem pertanian akan menurun.
Keadaan seperti ini, investasi unsur hara dan tenaga kerja pada saat
awal sangat diperlukan bagi peningkatan produksi biomassa untuk
kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan cara ini, modal kerja
petani semakin meningkat dalam bentuk bahan organik tanah.
Pertanian organik, dalam proses pengelolaan tanah
menggunakan pupuk yang berasal dari pengomposan dan pupuk
hijau. Pengomposan adalah penguraian bahan organik oleh mikro-
organisme dan satwa tanah sehingga menghasilkan humus yang
disebut kompos. Bahan organik yang didaur ulang tersebut dapat
berbentuk sampah organik (gulma, residu tanaman, sampah dari
proses pascapanen, kotoran hewan, tinja, air kencing dan lain-lain).
Pupuk ini terurai secara lambat yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanah serta memperbaiki struktur tanah. Kompos juga
memberikan pengaruh yang sangat baik bagi ketahanan tanaman
terhadap hama dan penyakit. Pupuk hijau adalah pupuk yang terbuat
dari tumbuh-tumbuhan yang diproses sedemikian rupa dengan
bantuan pengurai hingga menghasilkan pupuk. Kompos dan pupuk
hijau didapat melalui proses penimbunan (Sutanto, 2002; 35).
Petani pertanian organik di desa Bangunjiwo kebanyakan
mengandalkan pupuk kandang (kompos) sebagai alat untuk
melaksanakan pengelolaan tanah dan pemupukan. Pupuk kandang
sangat banyak ditemukan di desa ini dikarenakan hampir seluruh
petani memelihara ternak sapi sebagai tambahan pencahariannya.
Peternakan sapi ini dilakukan dengan cara penggemukkan. Dengan
demikian, kotoran sapi yang ada, dimanfaatkan menjadi pupuk. Hal
ini diungkapkan oleh Bu Ayem, sebagai berikut;
“Waktu pertanian organik mulai
dijalankan, kami disuruh untuk
memanfaatkan kotoran sapi yang kami
miliki untuk dijadikan pupuk. Kotoran
sapi dijemur dan dikeringkan, lalu
dihaluskan. Saya punya 3 ekor sapi
yang dipelihara. Kotoran ketiga sapi itu
sudah cukup untuk dijadikan pupuk
selama 1 kali tanam, tergantung luas
lahan yang dimiliki (Wawancara, 19
Maret 2010)”.