Page 93 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 93
Pemanfaatan Modal | 73
sapi. Mereka ini juga petani dengan menanam padi di sawah.
Kelompok ini juga mempunyai pertemuan rutin, yaitu setiap 35 hari.
Aturan-aturan yang ada dalam kelompok, sama dengan aturan-
aturan pada kelompok penanam padi. Demikian juga dengan aturan
pembayaran iuran-iuran yang ada dan bentuk arisannya. Hanya saja,
arisan yang ada pada kelompok ini uang yang diperoleh lebih besar
dari kelompok petani penanam padi.
Pertemuan kelompok membahas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan perkembangan dan informasi seputar
peternakan/penggemukkan sapi. Misalnya, pelatihan penggemukkan
sapi, informasi harga sapi (pembelian dan penjualan), biaya-biaya
yang harus dikeluarkan dari kas kelompok untuk kepentingan
internal seperti, membayar listrik, kemalangan dan lain-lainnya.
Selain itu, dibicarakan juga tentang bagaimana menjaga
lingkungan/lokasi tempat pemeliharaan penggemukkan sapi dari
ancaman pencurian. Kebanyakan kelompok peternak penggemukkan
sapi ini telah memiliki lokasi tersendiri dalam memelihara sapinya.
Hal ini sangat berhubungan dengan kesehatan lingkungan di desa.
Biasanya mereka menyewa tanah kas desa untuk digunakan sebagai
tempat pemeliharaan penggemukaan sapi tersebut (Observasi, 24
Maret 2010).
Pakan ternak yang diberikan berupa makanan-makanan
pabrikan yang memiliki ekstrak tinggi untuk pertumbuhan sapi,
seperti dedak dan konsentrat. Selain itu, masyarakat juga
memberikan makanan tambahan seperti rumput gajah, rumputan
hijau, tetes gula tebu yang dicampur dengan dedak nantinya dan
jerami sebagai makanan utamanya. Kebutuhan akan pakan ternak
tidak menghadapi masalah dalam memenuhinya. Rumput gajah,
rumput hijau lainnya dan jerami sangat banyak ditemukan di desa
ini. Terutama jerami, bila musim panen terjadi suplai makanan
berupa jerami tersedia di mana saja, selain dari pertanian yang
mereka miliki sendiri. Petani di Bangunjiwo sudah memiliki aturan-
aturan tertentu tentang pembagian jerami di lahan orang lain dalam
mengambilnya. Petani yang memiliki jerami dari sisa panenannya
tidak bisa menolak atau melarang petani lain untuk mengambilnya
(Wawancara, 26 Maret 2010).