Page 18 - PUNTHUKDARA PROJECT
P. 18

Setelah  itu  berlari  menyambut  rombongan  tersebut.
            Mengetahui  ada  berlari  mendekat,  maka  semua  orang
            yang  ada  di  sekitarnya  juga  berlari  menghampiri
            romobongan itu. Anak-anak juga tidak mau kalah, berlari
            adu cepat untuk segera mendekat.
                 Sunan  Lawu  lalu  memberi  salam.  Namun  semua
            yang  ada  di  situ  tidak  ada  yang  menjawab.  Satu  sama
            lain tidak mngerti apa yang dikatakan oleh Sunan Lawu.
            Semua  tertegun  dan  bingung  dengan  apa  yang
            diucapkan,  mereka  saling  bertanya,  namun  tidak  ada
            jawaban.
                 “Maaf  tuan,  kami  tidak  tahu  apa  yang  dikatakan,
            namun  kami merasa gembira dengan  kedatangan  tuan-
            tuan. Sudilah kiranya untuk bermalam di daerah sini.”
                 “Dengan  senang  hati  saudara-saudaraku,  aku
            merasa  senang  dengan  ajakan  ini.  Maka  ijinkan  aku
            untuk bermalam di sini.”
                 Salah  satu  dari  penduduk  itu  lalu  segera
            meninggalkan  tempat  itu,  untuk  menyampaikan  kepada
            sesepuh dusun yang bernama Eyang Cakra Diningingrat
            bahwa  ada  tamu  terhormat  yang  akan  bermalam.
            Nampak  dari  kejauhan  Eyang  Cakra  duduk-duduk  di
            serambi.
                 Eyang  Cakra  penduduk  menyebutnya  demikian,
            adalah     sesepuh     pemukiman      itu.   Semua     orang
            menghormatinya,  dikarenakan  beliaulah  yang  pertama
            kali  bertempat  tinggal  di  daerah  itu  setelah  menebang
            beberapa  pohon.    Ada  salah  satu  pohon  yang  tidak
            ditebang,  pohon  bulu  namanya.  Pohon  itu  berada

              17    Bukit Merpati di Lereng Lawu
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23